Alhamdulillahnya lagi, dari sekitar 80-an wartawan yang ikut kuliah S2 dari awal, tinggal saya sendiri yang diwisuda. Teman2 wartawan lainnya berguguran satu demi satu dalam perjalanan. Terima kasih PWI Jaya dan UIJ.
Itu sebabnya ketika teman saya, Bang Saban, sesama wartawan dan pernah satu grup media, menulis status tentang wisuda putra-pitrinya di akun Facebook-nya, saya tersenyum geli.
"Ada perbedaan dalam belajar antara anak laki-laki dan perempuan. Dua kakaknya perempuan menempuh pendidikan di IPB dan Unpad selesai sesuai target, eh yang ini 5 tahun 1 bulan..tapi besyukur bisa rampung..," tulis Bang Saban.
Saya pun berkomentar. "Gue banget tuh bang. Waktu masuk kuliah, jadi wartawan sambil kuliah. Teman kuliah yang diwisuda dapat gelar Drs, saya sendiri belum selesai kuliahnya. Gelar Drs diganti S.Ag, belum juga. Baru setelah S.Ag ganti SH.I baru deh selesai Nama kampusnya juga sudah gonta-ganti. Masuk kampus IAIN mestinya raih gelar Drs, eh saat wisuda raih gelar SH.I kampus juga ganti nama dari IAIN jadi UIN".
"Waktu kuliah S2 Hukum di UIJ lain lagi. Saat lagi semangat-semangatnya kuliah, eh koran tempat saya kerja dijual pemiliknya. Wartawan di-PHK. Untung masih dapat uang pesangon sekalipun tidak memadai. Tapi Alhamdulillah bisa dipakai bayar utang uang kuliah beberapa semester, biaya biaya wisuda dan tebus ijazah".
Itulah. Yang namanya kuliah, atau melanjutkan pendidikan, punya kenangan dan perjuangan yang tentu berbeda dari masinh-masing orang. Bagi saya pribadi, kenapa kuliah sempat mandeg. Maklum, makin banyak beban. Maka bersyukurlah Anda yang kuliah dan masih mampu orang tua membiayai, atau dapat bea siswa misalnya.
Selain saya, istri saya juga melanjutkan kuliah ke S2. Sementara putra-putri saya (2 anak cukup sesuai program pemerintah, KB = keluarga berencana), juga berkejaran masuk perguruan tinggi. Pusing kepala Barbie hehe...
Lulus menyandang gelar sarjana muda (BA), tak ada biaya untuk melanjutkan kuliah, saya akhirnya memilih kembali fokus sebagai wartawan tahun 1981.Â
Itulah sedikit kenangan saya dengan Prof Azra. Yang ternyata juga bekas wartawan di era majalah "Panji Masyarakat". Juga pecinta sepak bola dan musik. Terakhir beliau sebagai Ketua Dewan Pers.Â
Selamat jalan Prof