Saya seangkatan dengan Idrus Marham (mantan Ketua Pemuda Remaja mesjid indonesia, mantan Sekjen Golkar dan mantan Mensos).
Saat "hijerah" dari Makassar ke Jakarta 1980-an, di sela-sela menjalankan profesi wartawan, barulah sempat lagi ikut kuliah di IAIN Jakarta setelah 15 tahun "cuti kuliah" yang panjang. Saya masuk 1997 saat Rektornya Prof Azra.Â
Kuliah macet lagi karena Reformasi. Ikut demo sambil liputan sbg wartawan. Baru selesai S1 dan wisuda 2004. Dengan gelar S1 Hukum itu pula, saya ikut ujian advokat dan lulus. Maka sejak 2009 saya pun beracara di pengadilan hingga sekarang. Wartawan merangkap pengacara.
Pengalaman ini, sudah saya tulis sebelumnya di Kompasiana dengan judul: "Repotnya Kuliah Tanpa Beasiswa", dimuat 22 April 2022.
"Mahasiswa abadi," begitu kata orang. Betapa tidak, saya mulai kuliah saat gelar S1 masih pakai Drs, lalu ganti S.Ag, dan ketika terakhir gelar S1 menjadi SH,i (fakultas Syariah) barulah saya berhasil diwisuda.Â
Dekan saya juga sudah gonta-ganti, bahkan di era Prof Azra jadi Rektor, gedung Fakultas Syariah dirubuhin dan seluruh gedung IAIN dipercantik, saya belum selesai juga kuliahnya.
Alhamdulillah setelah IAIN jadi UIN, barulah diwisuda 2004. Diwisuda pasca salah satu gedung di UIN rubuh karena tak mampu menampung penonton ketika Gigi, grup band Arman Maulana mentas di UIN.
Alhamdulillah, meski terseok-seok kuliah, akhirnya bisa lanjut lagi dan meraih gelar S2 Hukum di Universita Islam Jakarta (UIJ, dulu UID ketika ejaan lama Djakarta) yang rektornya Prof Raihan.Â
Ini perlu juga ada dalam catatan saya, sebab kuliah S2 ini atas bantuan fasilitas PWI Jaya kerja sama UIJ buka kelas khusus wartawan PWI Jaya se Jabodetabek.