Mohon tunggu...
Nur Terbit
Nur Terbit Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers, Lawyer, Author, Blogger

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menulis 40 Hari Tanpa Jeda, Ide Unik Pak TD

7 Juli 2022   15:12 Diperbarui: 7 Juli 2022   16:30 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diskusi buku sambil makan siang di restoran Padang (foto dok : Nur Terbit)

Untuk program "Menulis 40 Hari Tanpa Jeda" YPTD 2022 kali ini, selain diikuti oleh Kompasianer, penulis yang memang selama ini aktif menulis di Kompasiana, juga penulis non Kompasianer. Datang dari berbagai profesi dan disiplin ilmu tapi sama-sama hobi menulis.

Peserta tahun ini juga tak jauh berbeda di banding tahun 2021 sebelumnya. Hingga Kamis 7 April 2022, saya melihat daftar peserta sudah mencapai 71 orang. Tidak tertutup kemungkinan masih akan bertambah lagi.

Terus terang, saya salut dengan Pak Thamrin Dahlan, biasa juga kami menyapa dengan Pak TD. Pensiunan Polri dengan pangkat terakhir Kombes ini, telah menemukan "formula" sekaligus wadah bagi teman-teman penulis.

Yakni selain memberi wadah berupa website "TerbitkanBukuGratis" untuk menampung tulisan teman-teman penulis, juga sekaligus menyalurkan tulisan tersebut ke percetakan untuk dicetak menjadi buku fisik.

Diskusi buku sambil makan siang di restoran Padang (foto dok : Nur Terbit)
Diskusi buku sambil makan siang di restoran Padang (foto dok : Nur Terbit)

Tentu saja, setelah sudah keluar ISBN (International Standard Book Number) dari Perpustakaan Nasional yang langsung diurus oleh Pak Thamrin selaku penerbit YPTD.

Sekedar diketahui, ISBN adalah "pengindentikasian unik" untuk buku-buku yang digunakan secara komersial. DI Indonesia ISBN ditangani secara khusus oleh Perpustakaan Nasional.

Sistem ISBN sendiri awalnya diciptakan di Britania Raya pada tahun 1966 oleh seorang pedagang buku dan alat-alat tulis W H Smith. Mulanya disebut Standard Book Numbering atau SBN. 

Pengalaman saya dan teman-teman di YPTD, sebelum nomor ISBN dimohonkan ke Perpustakaan Nasional, terlebih dahulu draft buku yang sudah siap cetak tersebut melalui proses editing. 

Karena di YPTD sistemnya masih swadaya, swakelola, semua tim atau penulis bekerja secara ikhlas, maka draft buku bisa diedit sendiri oleh penulisnya, bisa juga oleh editor buku yang secara sukarela bekerja tanpa dibayar.

Kebetulan di YPTD, banyak teman-teman penulis yang ikhlas bekerja sebagai sukarelawan. Baik sebagai editor maupun desain cover. Untuk desai cover buku, selama ini ditangani oleh Pak Ajinatha, mantan penata artistik di sejumlah judul sinetron TV swasta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun