Giliran sopir dan kenek truk sampah sudah balik dari kampung, sejumlah armada truk pengangkut sampah bermasalah.
Truk yang semula "tertidur" ditinggal mudik oleh sopir dan kenek, berusaha "dibangunkan" kembali. Mesin truk ternyata susah hidup setelah lama tidak dihidupkan.
Akibatnya, jumlah armada truk pengangkut sampah yang jumlahnya memang sudah terbatas itu, makin berkurang saat beroperasi menjemput sampah warga.
"Jadi intinya, inikah penyakit setiap tahun saat mudik lebaran, maaf atas ketidaknyamanan ini. Mungkin ada warga yang sampahnya sempat lama tidak diangkut," nah begitulah cerita pengurus RW kepada saya.
Jangan salahkan pengurus RW, jangan pula salahkan sampah yang terkesan betah menumpuk di bak sampah. Ini juga bukan persoalan pembayaran iuran kebersihan. Sama sekali bukan.
"Ini gara-gara truk sampahnya banyak yang mogok, banyak yang tidak bisa beroperasi. Selain sopir dan keneknya mudik, juga truknya tertidur," kata Fachri, pengurus RW komplek perumahan, mewakili sopir dan kenek truk sampah menyampaikan "rasa berdosa" mereka.
Inilah yang belakangan terjadi, terutama untuk aktivitas pengangkutan sampah, dari bak sampah warga di komplek perumahan di Kota Bekasi, Jawa Barat menuju TPA (tempat pembuangan akhir) sampah di Bantargebang.
Jadi rasanya ironis sekali. Kota Bekasi yang punya TPA Bantargebang, sebagian besar menampung sampah warga DKI Jakarta dengan sistem "kontrak-sewa" lahan, tapi justeru warga Kota Bekasi sendiri yang kesulitan membuang sampah.
Pada acara halal bi halal warga RT salah satu perumahan di Kota Bekasi, Rabu malam 25 Mei 2022, kendala "Pasukan Orange" ini terungkap dari pengakuan pengurus RW.
Ini juga sebagai laporan kepada Kepala Dinas Kebersihan, sekaligus tembusan kepada Pak Tri Adhianto, PLT Walikota Bekasi.