Yang mengejutkan selain dimuat sebagai surat pembaca, wartawan Kompas (teman lama, Berry Sihotang almarhum) mengontak ulang ke saya untuk tambahan keterangan.Â
Esoknya jadi berita Headline di rubrik perkotaan hehehe..
Wartawan jadoel, memang masih menggunakan mesin ketik dalam menulis atau mengetik berita. Maklum, belum ada komputer. Itulah pengalaman saya era 1980-an. Jadi wartawan media cetak.
Kalau ada ketikan yang salah atau ada kata yang terlupakan, terpaksa harus ditulis tangan perbaikannya di bagian pojok kiri, kanan atau dimana saja dari kertas yang masih lowong hehehe.......
Waktu saya masih bekerja di media grup Pos Kota, Pak Harmoko menulis rubrik Kopi Pagi dengan mesin ketik hehehe....
Begitu juga Pak Bekti - Encub Soebekti Soebekti menulis Tajuk Rencana di Harian Terbit dengan mesin ketik. Tajuknya sering meraih penghargaan Adinegoro.
Yang lebih sensasional lagi, pak Zaidin Wahab (alm) menulis cerita bersambung "Jampang Betawi" di Pos Kota dengan mesin tik. Cerita tersebut sempat difilmkan. Luar biasa kan prof....hehehe...
Sekedar diketahui, ketiga nama yang saya sebutkan di atas: Pak Harmoko, Pak Subekti dan Pak Zaidin Wahab, bos saya yang ketiganya sudah almarhum. Alfatihah buat beliau.
Lain lagi cerita teman saya, seorang kolumnis berlatar belakang dosen yang juga produktif menulis. namanya Prof Muhammad Hasyir Sonda.