Mohon tunggu...
Nur Terbit
Nur Terbit Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers, Lawyer, Author, Blogger

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Tradisi Keluargaku Membuat Kue Lebaran

1 Mei 2022   16:48 Diperbarui: 1 Mei 2022   16:50 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KUE LEBARAN

Mungkin ini sudah menjadi kebiasaan para orang tua, emak-emak dan remaja putri kalau bikin kue lebaran. Tidak di Makassar, juga tidak di Jakarta. Sama saja. Contohnya istri saya.

Saat istri selesai bikin kue Nastar, putrinya (Fifi) mau cobain kue bikinan mamanya. Saya juga jadi ikut ngiler, maklum karena susu hangat di atas meja saya, memang belum ada "musuhnya". Tapi....

"Ntar dulu Fi, Pah. Saya masukin dulu semua kue Nastarnya ke toples. Nanti kue yang jelek, yang gosong, hangus, dan yang patah-patah, itu aja yang dicobain...".

Saya ngakak tak kuat menahan tawa. Ingat waktu kecil, saat ibu saya (almarhumah) juga begitu. Kue hancur, patah, hangus saja yang bisa dibagi. 

"Kue yang utuh hanya untuk para tamu nanti kalau lebaran, jadi harus tetap utuh di dalam toples," katanya hehe..

Nah, giliran lebaran tiba, semua toples kue lebaran yang berbaris rapih di atas meja, dibuka tutupnya ketika tamu datang dan bersilaturahmi.

Dasar saya yang masih anak-anak ketika itu, saya menyambut suasana pembukaan tutup toples kue tersebut secara "lebaran" pula. Maksudnya, "tersenyum lebar" karena ini kesempatan mencicipi kue lebaran buatan ibu.

Yang terjadi, tamu belum mencicipi kue lebaran buatan ibu, tapi saya sudah tancap duluan. Meski ibu sudah mengedipkan mata sebagai tanda karangan, tapi operasi sapu bersih isi toples yang saya lancarkan, tidak terganggu hehe...

Putri saya Fifi juga berbagi cerita. Katanya, ketika masih kuliah di Makassar, dia sering bantu tante-tantenya bikin kue lebaran. Lagi-lagi, masih begitu juga pesannya soal kue lebaran.

"Boleh coba kuenya, tapi yang patah-patah atau yang hangus saja. Yang utuh dan sudah masuk ke toples, boleh dimakan tapi nanti saja, pas sudah lebaran," cerita putri saya.

Ternyata, dimana-mana sama saja ya. Kue lebaran, ya seharusnya dimakan saat lebaran. Kalau dimakan sekarang tentu namanya kue Ramadhan. Ya, termasuk kue Nastar bikinan istri saya ini hahaha..... 

Ya, gitu aja deh cerita saya soal kue lebaran. Selamat lebaran Idul Fitri untuk semua sahabat Fesbukiyah, minal aidin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin. #nurterbit

Salam : NURTERBIT 

- Wartawan Bangkotan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun