SELAMAT JALAN KANG AGUS
Ya, Kang Agus, lengkapnya H. Agus Wahyudin, saya mengenal karena pernah sama-sama meliput di Jakarta Utara era 1980-an. Saya di Harian Terbit dan Agus dari Pos Kota, masih satu grup media. Teman-teman sesama wartawan menyapanya dengan Awe - akronim sekaligus inisial namanya setiap kali menulis berita.
Pria kelahiran Cirebon, Jawa Barat ini, sering dibencandain oleh teman-teman dengan panggilan "Si Borokokok" -- bahasa Sunda karena suka bergurau. Mengenang ucapan yang selalu diucapkan "Si Kabayan" (Didi Petet) versi layar lebar.
Padahal, “Borokokok” (Sunda) adalah ucapan yang ditujukan kepada orang yang punya karakter pemalas, tidur sepanjang hari, atau ogah-ogahan. Kang Agus, tentu pengecualian. Dia orangnya pekerja keras. "Orang yang selalu optimis," kata Nelson P Siahaan, rekannya di Pos Kota.
Dalam kenangan Mas Tjipto Umboro, salah satu wartawan sahabat dekat Kang Agus waktu di Jakarta Utara, "saya pernah ikut mobilnya, tiba-tiba mogok di jalan dan saya turun untuk mendorong supaya bisa jalan kembali. Selamat jalan saudaraku!".
Saat liputan di Jakarta Utara ini pula, wartawan yang masih bujangan ini (ketika itu) nenemukan jodohnya. Kami teman-temannya menyempatkan datang di pesta perkawinannya di Cirebon.
Srikandi yang jadi istrinya itu, belakangan mendirikan sekolah anak usia dini (TK) di Mangunjaya, Tambun, Kabupaten Bekasi. Profesi yang sama dengan istri saya juga.
Sehingga tidak heran, jika secara kebetulan lagi, kami berdua sering sama-sama datang ke satu lokasi, karena sama-sama mengantar istri masing-masing di acara lomba anak TK.
Setelah ditarik dari Jakarta Utara, beliau kemudian ditugaskan Pos Kota di bidang perhubungan (Pos Liputan Dephub, kini Kemenhub). Saya bertemu lagi di sini dan sama-sama meliput dunia kemaritiman dan transportasi.