Dalam mengajari anak berpuasa, memang diperlukan usaha bagaimana orang tua dalam melatih anaknya menahan lapar dan haus, tidak makan dari Subuh hingga Magrib, sebagaimana hakekat dasar dari berpuasa.
Pengalaman isteri saya sebagaimana dia pernah cerita pada masa kecilnya di kampung, dia banyak dibantu oleh ibunya (mertua). Seperti ke-3 (ketiga) langkah-langkah berikut ini:
Pertama, anak yang lagi belajar berpuasa, diperbolehkan makan siang kalau melihat anak sudah lemas dan terpaksa tidak bisa kuat menahan lapar.
Artinya, kalau misalnya sudah siang, sang anak sudah boleh makan dan minum. Setelah makan siang, anak boleh melanjutkan lagi setelah Dhuhur. Tentu dengan niat puasa lagi sampai sore (beduk Magrib).
Kedua, pengalaman pribadi istri semasa kecil ini, lalu diteruskan atau diturunkan kepada anak sendiri hingga kini.Â
Bahkan sudah "diwariskan" trik tersebut sampai ke cucu kami Kiwa yang sudah sekolah kelas II D (7 tahun) dan Runi (5 tahun) yang sekarang masih duduk di bangku TK.
Ketiga, trik ini ketika diterapkan kembali oleh isteri saya di sekolah TK, anak didiknya dijanjikan hadiah bagi yang berpuasa setengah hari selama 1 bulan penuh. Si anak didik dapat hadiah alat-alat tulis menulis.
Jika puasanya bisa penuh dari Subuh sampai sore, akan dapat hadiah yang lebih menikmati yakni pakaian muslim. Baik laki-laki dan perempuan.
Begitulah trik istri saya sebagai guru TK sekaligus nenek dari dua orang cucu, dalam melatih anak belajar berpuasa. Alhamdulillah berhasil dan anak-anak akhirnya terlatih berpuasa.
Waktu pertama kali trik ini mau diterapkan kepada murid-muridnya di sekolah TK, istri saya berterus terang kalau terinspirasi oleh adanya anak didiknya di sekolah yang puasa, namun tidak ada penghargaan dari guru maupun orangtuanya.
Anak didik tersebut berpuasa karena memang selama ini ikut kebiasaan lingkungan keluarga. Kedua orangtuanya memang berpuasa setiap bulan Ramadhan.