BULAN Ramadhan (puasa), seolah identik dengan waktunya mudik. Tradisi atau hanya sekedar pengobat rindu kampung halaman?
Banyak perantau yang sengaja memilih mudik saat Ramadhan, bahkan mudik jauh-jauh sebelumnya. Tujuannya, agar bisa lebih cepat dan lebih lama waktu berkumpul dengan sanak keluarga di kampung.
Apalagi kita tahu, sejak selama dua tahun terakhir khususnya di masa pandemi dan virus Corona menyerang negeri ini, praktis kalangan perantau sulit, atau malah tidak boleh pulang kampung.
Bahkan, pemerintah juga meminta masyarakat, terutama yang perantau baik di dalam maupun di luar negeri, untuk tidak mudik karena pertimbangan agar bisa memutus rantai penyebaran virus Corona.
Tapi untuk acara mudik tahun 2022 ini, agaknya pemerintah lebih sedikit toleransi. Boleh mudik, atau pulang kampung, asal sudah melakukan vaksin sampai tiga kali. Tidak perlu lagi PCR, antigen dan lain-lain.
Bagi kalangan perantau, mudik atau pulang kampung bisa menggunakan beberapa moda transportasi yang tersedia.
Mereka yang tinggal di di dalam negeri, atau di Pulau Jawa, cukup menggunakan transportasi darat. Seperti kereta api, bus, atau kendaraan pribadi. Lebih jauh lagi, minimal menyeberang dengan kapal feri.
Sedang bagi yang bermukim di luar negeri, atau paling tidak di luar Pulau Jawa, hanya ada dua pilihan. Yakni naik pesawat terbang yang hanya butuh waktu beberapa jam, atau kapal laut yang mesti berhari-hari.
Puasa di Atas Kapal Laut
Bagi yang merasa rempong dengan barang bawaan, atau memilih biaya yang lebih murah meskipun harus berhari-hari di perjalanan, banyak juga yang memilih angkutan laut. Tepatnya, naik kapal laut.