Mereka memang bukan orang yang termasuk "bank minded". Lalu apa alasannya tidak mau berurusan dengan bank? Jawabannya cukup mengagetkan. Berikut ini alasannya:
"Kalau menyimpan atau menabung uang di bank, masuk uangnya gampang tapi mengambilnya susah. Repot ke kantor bank, pakai jempol segala. Kalau di bawah bantal atau kasur, gampang sekali," nenek kami, waktu itu.
Kebiasaan orang tua menyimpan uang secara konvensional seperti cerita kakek-nenek saya di atasi, tentu mempunyai alasan sendiri yang mungkin kita, anak cucunya, tidak pernah tahu. Dan, itu ternyata terbukti kemudian.
Ceritanya begini. Rumah panggung khas suku Makassar yang ditempati kakek dan nenek, suatu tengah malam disatroni kawanan perampok.
Kakek dan nenek diikat kedua tangannya dan mulutnya disumpal kain. Mereka mencari perhiasan, dan segala macam harta yang bisa diangkut. Sasaran utama memang adalah uang. Tapi simpannya di mana?
Kawanan perampok berjumlah 5 orang, dan bertampang seram dan sangar itu, akhirnya hanya menemukan dan mengambil perhiasan emas (kalung, gelang) nenek yang disimpan di lemari pakaian.
Anaknya kakek, Tante saya yang waktu itu masih gadis, nyaris ikut diperkosa oleh kawanan perampok. Untungnya dia terbangun mendengar suara gaduh, dan langsung membenamkan dirinya ke dalam bak air di kamar mandi.
Lain lagi pengalaman paman saya. Dia pensiunan PNS - Pegawai Negeri Sipil (ASN, Aparat Sipil Negara, sekarang) di salah satu instansi di Kota Makassar. Setiap bulan dia menerima gaji pensiunnya melalui bank pemerintah, nama banknya sama dengan bank tempat Indah Harini membuka rekening yang bermasalah itu.
Suatu hari, paman dan rombongan dari kampung terbang dari Makassar untuk menghadiri acara pernikahan adik saya di Jogjakarta. Ketika acara pernikahan selesai, paman bermaksud berbelanja oleh-oleh khas Jogyakarta.
Paman baru sadar, kalau bekal uangnya sudah pas-pasan. Dia pun bermaksud menarik uang dari rekening bank pemerintah di Jogyakarta. Tapi apa yang terjadi? Petugas bank tidak bisa memenuhi permohonan penarikan uang dari paman saya.
"Kenapa gak bisa mencairkan uang di rekening sendiri, Paman? Apa ada yang salah dengan nomor rekeningnya, atau apa gitu?," tanya saya, ketika pulang mengantarnya dari bank.