Mohon tunggu...
Nur Terbit
Nur Terbit Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers, Lawyer, Author, Blogger

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengatasi Kecemasan Saat Virus Corona Mampir di Keluarga Kami

25 Juli 2021   00:34 Diperbarui: 25 Juli 2021   01:27 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Thumbnail konten video keluarga di channel YouTube Nur Terbit saat anak terpapar Covid19 (foto Nur Terbit)

Bagaimana perasaan Anda saat menerima kabar duka -- apalagi menimpa anggota keluarga sendiri -- disertai dengan statistik jumlah kematian, info keterbatasan kuota RS, dan lain-lain?

Itulah yang saya alami belakangan ini. Laman media sosial saya: mulai dari akun Facebook, Instagram, Twitter hingga WhatsApp, penuh dengan postingan dan kiriman berita duka. Saya mencoba untuk tetap tegar. Apalagi jika hal itu dialami oleh keluarga sendiri.

Betul kata admin Kompasiana. Dalam pengantar TOPIK PILIHAN : ATASI KECEMASAN BERLEBIH, Kompasiana 8 Juli 2021, admin menulis begini :

"Tak bisa dipungkiri bahwa kabar-kabar duka juga memengaruhi kesehatan mental kita. Menjadi ekstra cemas, takut berlebihan, sedih terus-menerus, hingga mungkin sulit tidur, dan mengganggu keseharian kita".

Begitulah suasana hati keluarga kami. Ini karena ada yang berhasil tertolong setelah dirawat di rumah sakit, isolasi mandiri di hotel, isolasi sendiri di rumah hingga yang tak sempat lagi mendapatkan ruang ICU.

Baca Juga : Jangan Ngeyel ! Kesaksian Pasien Covid

Mereka selain karena teman dekat dan kerabat, tetangga, juga beberapa anggota keluarga terpapar Covid19. Di mulai dengan anak, besan, kini anak menantu. Mereka semua dinyatakan positif setelah melalui beberapa pemeriksaan.

Antara lain PCR, atau singkatan dari "polymerase chain reaction". PCR merupakan metode pemeriksaan virus SARS Co-2 dengan mendeteksi DNA virus.

Ada yang berhasil tertolong setelah dirawat di rumah sakit, isolasi mandiri di hotel, isolasi sendiri di rumah hingga yang tak sempat lagi mendapatkan ruang ICU.

Dimulai Dari Anak Sendiri Positif

Thumbnail konten video di channel YouTube Nur Terbit saat anak diisolasi mandiri di hotel (foto Nur Terbit)
Thumbnail konten video di channel YouTube Nur Terbit saat anak diisolasi mandiri di hotel (foto Nur Terbit)

"Alhamdulillah, putera kita Akbar sudah negatif dan sudah selesai menjalani isolasi mandiri (isoman)," itulah kabar menggembirakan dari istri melalui pesan WhatsApp, tentang putra kami Akbar yang positif Corona.

Ceritanya, setelah rombongannya terpapar Covid19 di Bali, putra kami Si Ayah "AbaiBaay" baru sadar kalau dirinya juga terjangkit virus serupa. Saat terbang pulang ke Jakarta dan tiba di Bandara Soekarno Hatta, langsung menjalani isolasi mandiri di salah satu hotel di Jakarta.

Padahal, mereka serombongan itu, bahkan sudah divaksin lengkap, dua kali di Jakarta, sebelum kemudian berangkat ke daerah. Tokh bukan jaminan tidak terpapar virus pandemi Corona.

Alhamdulillah, sejak isolasi selama 14 hari di hotel, kondisi Akbar berangsur-angsur membaik. Keluarga : ayah, ibu, adik, kakak, istri, paman, tante, cucu, besan terus berkomunikasi via video call.

Itu terjadi, terutama saat berkomunikasi dari lokasi isolasi mandiri ke rumah, untuk sekedar saling menyapa dan saling memberi semangat. Atau mengirimkan makanan kesukaannya melalui bantuan ojek online.

Senin 5 Juli 2021 silam, dokter menyatakan Akbar sudah negatif dan sudah bisa pulang ke rumah dan berkumpul kembali dengan keluarga setelah tak bertemu selama 23 hari (9 hari di Bali, 14 hari di lokasi isolasi).

Terima kasih ya Allah, juga kepada seluruh keluarga dan teman-teman yang telah mengirimkan doa terbaik untuk putra kami, Alhamdulillah sudah dikabulkan Allah. Aamiin... !!

Thumbnail konten video keluarga di channel YouTube Nur Terbit saat anak terpapar Covid19 (foto Nur Terbit)
Thumbnail konten video keluarga di channel YouTube Nur Terbit saat anak terpapar Covid19 (foto Nur Terbit)

Berlanjut ke Besan dan Anak Mantu

Setelah anak kami Akbar sudah bisa pulang dan berkumpul kembali dengan anak istrinya, rasanya menjadi kebahagian tersendiri. Tapi ya Allah, situasi ini ternyata tidak berlangsung lama.

Seminggu kemudian, anak menantu perempuan kami mengirim kabar. Ibu dia (besan kami), merasakan tanda-tanda seperti yang dirasakan anak kami Akbar awal terserang virus Corona. 

Batuk, sesak panas, demam tinggi, kehilangan panca indera perasa. Apa yang dimakan, semua terasa hambar. Kami semua kembali panik. Apalagi besan merasa hanya sakit biasa. Menolak ke RS, atau menjalani PCR. 

Akhirnya, untuk memutus mata rantai penyebaran tersebut, maka anak, menantu, cucu, "mengungsi" sementara dari Jakarta ke rumah kakek-nenek di Bekasi sekalian berkumpul untuk merayakan lebaran Idul Adha.

Sedang besan, memilih isolasi mandiri dalam kamar untuk beberapa hari ke depan. Semua keperluan sehari-hari, seperti pesanan obat dan makanan, dibantu oleh ojek online. 

Untuk sementara memang persoalan teratasi, meski tetap ada rasa was-was karena besan terpisah jauh dari kami. Benar saja, besan menelpon anaknya (menantu) mengabarkan kalau dia semakin sesak napas.

Segera diputuskan untuk mengutus anak mantu, menemani dan merawat besan yang tak lain adalah ibunya sendiri. Tindakan ini, bukan tanpa resiko. Sebab dia akan serumah dengan "pasien" terindikasi positif Covid.

Berbagai upaya dicoba, misalnya mencari informasi di mana ada rumah sakit, puskesmas, bahkan Wisma Atlit di Kemayoran, Jakarta Pusat yang kemungkinan masih ada yang kosong untuk isolasi pasien Covid? Tapi semua sudah penuh. 

Selang sehari di sana, berdua besan dan mantu melakukan cek PCR. Hasilnya, bukan hanya besan yang positif, tapi juga anak mantu sudah ikut terpapar virus. Ya Allah, lindungilah keduanya.

Hari-hari terus berjalan selama 14 hari ke depan, suasana hati kami saat ini sudah demikian bercampur aduk. Hanya doa dan ikhtiar agar semuanya bisa kembali normal seperti sedia kala. 

Betapa kami merasakan sedang kesulitan mengelola kesehatan mental anggota keluarga. Tapi apapun kesulitan dan kendalanya, kita boleh sharing masalah, membagikan cara mengelola kecemasan atau berdamai dengan duka.

Hanya inilah yang kami bisa lakukan. Sebelum virus Corona tersebut mampir ke keluarga kami, mereka yang terpapar sebelumnya seperti teman dekat, tetangga, kami melakukan upaya saling membantu. Saling support dan berkirim makanan, terutama mereka yang lagi isolasi mandiri.

Itu sebab kami sekeluarga: saya, istri dan anak -- memang suka menulis, bergabung di komunitas blogger dan di Kompasiana -- berinisiatif mengumpulkan tulisan untuk dijadikan buku dengan topik Corona.

Buku
Buku "Bunga Rampai Prahara di Tengah Corona" (YPTD, 2021). Di dalamnya ada tulisan saya (Nur Terbit) dan istri Bunda Sitti Rabiah yang juga Kompasiane

Alhamdulillah, lahirlah buku "Prahara Di Tengah Corona", dengan desai cover buku Ajinatha, berisi kumpulan tulisan para penulis yang tergabung di Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD). Yayasan ini diketuai Thamrin Dahlan, juga Kompasianer dan pensiunan polisi.

Salam, Nur Terbit

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun