BELAJAR VIA DARING
catatan ringan : Nur TerbitÂ
Siapa yang menyangka kalau dari sekian banyak aspek kehidupan, ternyata dunia pendidikan juga di antaranya akhirnya "terpapar" virus corona? Contohnya cucu saya Senandung Aqila Akbar (Kiwa, 7 tahun).Â
Setelah tamat TK dan masuk SD, ia harus mengikuti proses belajar mengajar secara unik dan tak lazim : virtual, melalui daring (dalam jaringan) dengan jaringan internet di handphone.
Praktis, Kiwa sudah setahun (2020 - 2021) belajar secara tidak biasa. Jarak jauh, tanpa tatap muka dengan gurunya di kelas. Dia hanya kenal satu gurunya, itupun kadang diwakili ibunya, saat ke sekolah mengambil materi pelajaran.
Seperti juga pada hari-hari sebelumnya, maka pagi hari ini (Senin 31 Mei 2021), ritual belajar secara daring kembali dilakukan Kiwa. Jam 07.00 pagi, sudah bangun dan harus siap-siap. Mandi, pakai baju seragam, sarapan, minum susu.Â
BELAJAR ERA CORONA
Tak terasa, sudah lebih dari setahun kegiatan Belajar dari Rumah (BDR) dilaksanakan. Meski masih banyak kendala yang dihadapi, satuan pendidikan mulai terbiasa menyelenggarakan BDR.
Metode BDR sendiri ada dua, yaitu Pembelajaran Jarak Jauh Dalam Jaringan (PJJ Daring) dan PPJ Luar Jaringan (Luring). PJJ Daring secara khusus menggabungkan teknologi elektronik dan teknologi berbasis internet, sementara PJJ Luring dapat dilakukan melalui siaran televisi, radio, modul belajar mandiri, bahan cetak maupun media belajar dari benda di lingkungan sekitar.
Direktur Sekolah Dasar, Direktorat Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd melihat peluang pendidikan masa depan yang terbentuk dari kondisi pandemi Covid-19. Menurutnya, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) bisa tetap diterapkan setelah pandemi berlalu.
"Sebagai contoh, anak yang ikut orang tuanya pindah ke negara lain biasanya mengalami kendala dengan pendidikannya. Dia harus berhenti sekolah, sementara di negara tujuan belum tentu langsung diterima sekolah. Nah, ke depan, PJJ ini bisa menjadi solusi. Meski anak itu pindah ke negara lain, misalnya, ia tetap bisa sekolah jarak jauh," jelas Sri Wahyuningsih.