Kota Solo atau Surakarta di Jawa Tengah, memang bukan daerah asing bagi saya. Beberapa kali saya bolak-balik ke kampung Presiden Joko Widodo ini.
Baik datang ke Solo sebagai wartawan, turis domestik, maupun sebagai pribadi yang berburu cinta. Cieh...Kali ini, saya datang ke Solo lagi sebagai pengurus satu organisasi kedaerahan: Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS).Â
Paguyuban para perantau 4 etnis ini: Bugis, Makassar, Toraja, Mandar seluruh Indonesia bahkan dari luar negeri, menggelar musyawarah besar (Mubes) 15-17 November 2019. Saya hadir mewakili pengurus KKSS Kota Bekasi, Jawa Barat.
Sebagai wartawan, tentu saja saya jugalah akrab dengan Solo, sebagai kota tempat lahirnya organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) ini. Bahkan, hanya di kota inilah yang memiliki Museum Pers. Daerah lain belum ada.
Di kota "Bengawan Solo" -- nama lagu populer karya musisi Gesang yang lekat dengan kota ini -- saya pernah mengirim dokumen pers terkait Museum Pers.
Kumpulan kliping tulisan dan berita, saya jilid lalu dikirim ke museum ini. Harapannya, sederhana saja. Kliping tersebut sebagai  sumbangsih kecil sebagai wartawan untuk dunia pers.
Pengalaman lain tentang Solo, ketika saya dengan tidak sengaja meliput kasus Abubakar Ba'asyir, yang dituduh tokoh teroris, saat dijemput paksa dari rumah sakit PKU Muhammadiyah, tempat beliau dirawat. Pengasuh pondok pesantren Al-Amin, Ngeruki, Solo ini kemudian diterbangkan ke Jakarta.Â
Saya dan teman-teman jurnalis dari Jakarta yang sedianya ke Solo mau meliput pagelaran wayang, tiba-tiba harus pindah lokasi liputan ke Abubakar Ba'asyir. Seperti yang pernah saya catat dan dimuat di Harian Terbit, tempat saya bekerja, penjemputan paksa ini menajdi berita head line karena berakhir rusuh. Aparat keamanan, sempat bentrok dengan para santri, yang mempertahankan kiai mereka.
Eh iya, dari awal tulisan, saya juga menyinggung Kota Solo sebagai obyek wisata, tepatnya lokasi tempat saya pernah berburu cinta. Mencoba menjalin asmara dengan putri Solo, namun gagal berjodoh. Lah, baru PDKT (baca : pe de ka te), belum sampai jadian, tapi sudah langsung putus. Baru mau jatuh cinta, tapi langsung patah hati. Oooowww.... (nanti saya bikin tulisan tersendiri deh, hehe..)
MEMPERSIAPKAN PERJALANAN
Sebelum berangkat, saya sudah googling dan banyak tanya ke teman di grup Whatsapp, tentang rencana perjalanan darat dengan menyetir mobil sendiri ke Solo via jalan tol. Kira-kira berapa estimasi biaya tol dan bensin?
Seorang teman pengurus komunitas otomotif, Mas Sugie, memberikan informasi penting ke saya. "Mahal di tolnya dari padabbensinnya wk..wk tapi estimasi waktu lebih efisien," kata mas Sugie.
Mas Sugie kemudian merinci biaya perjalanan seperti ini. Bayar Tol 450 ribuan dari Bekasi ke Solo. (Tapi akhirnya saya berangkat dari Jakarta, karena jemput anak, mantu dan cucu sekalian satu mobil).
Itu tadi baru biaya tol. Sedang untuk bensin BBM, kata mas Sugie, perlu dipersiapkan untuk mobil LCGC sekitar 300 ribuan, "sudah sampai di Solo, Om".
Rute perjalanan, juga diberitahu oleh Mas Sugie, si Raja Jalanan, dan penasehat komunitas mobil merah (Red Car Red Aksi) chapter Bekasi ini lewat pesan wahtsaap.
Sugie: "Jika akan menuju Jogya dulu, bisa ambil opsi keluar Salatiga lewat Magelang baru ke Jogya.Â
Saya: "Kalau keluar Boyolali jauh ya mas? teman saya kemarin lewat Boyolali pas ke Jogja".
Sugie: "Bisa juga. Tapi jarak tempuh kilometernya lebih jauh. Karena harus memutar ke Klaten dulu baru Jogya".
MEMULAI PERJALANAN
Jakarta - Solo lewat jalan tol ditempuh 12 jam baru sampai? Lama buuanget, padahal bukan jalan biasa non tol? "Tetangga saya berangkat lewat jalan yang sama ke Solo, cuma di tempuh 7 jam," kata kawan saya, Firdaus Pagagan. Kenapa bisa begitu?
Itu pernyataan Bang Firdaus, saat membaca postingan saya di media sosial FB. "Kali ini lain," jawab saya. Beda cara, lain pengalaman. Itulah traveller dadakan dan petualang amatiran.. "Hahahaha...biasalah Bang", kata saya kepada Bang Firdaus.Â
Ini kan perjalanan santai. Berangkat Subuh dari Jakarta tiba Magrib di Solo (pk 06.00 - 18.00). Setiap ada rest area mampir, kalau ada tempat kuliner asyik singgah dulu. Lebih banyak mampir-mampirnya dari pada nyetirnya hahaha....
Nah, mau tahu rute dan lika-liku perjalanan saya dan keluarga ke Solo? Berikut catatannya dalam bentuk diary, alias catatan harian.
Kamis 14/11 pk. 05.30 WiB, berangkat dari Salemba, Jakarta Pusat. Sebelumnya mengisi bensin full tangki (sebelumnya masih 25,20 liter, sudah ada isi bensin 4 strip tertera di dashboard) lalu mengisi Rp 192.000, sekalian top up e-money 500 ribu (saldo Rp550.000) dari ATM. Ternyata gak bisa masuk. Lalu cari minimarket lain untuk top up secara tunai, tapi juga pada off line.
Pk. 06.30 terjebak macet di jalur tol Jakarta Cikampek daerah Bekasi Barat. Akhirnya keluar tol dan memilih jalur biasa. Saat melintasi Kota Bekasi, juga sudah mulai ramai kendaraan.
Pk. 07.30 Mampir sarapan bubur ayam di Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi. Sekalian mencoba top up lagi e-money, isi ulang angin pada ban mobil dengan nitrogen.
Pk. 08.00 melanjutkan perjalanan kembali ke Cikarang Jababeka, sambil bernostalgia di depan hotel Batiqa dan President University. Dua tempat ini pernah ngundang kami untuk direview. Lalu perjalanan mengambil jalur tol arah Cikampek
Pk 09.00 Istirahat di rest area. Mencari lokasi "bersemedi" ke toilet, lalu sejam kemudian meninggalkan rest area setelah istirahat dan mencarikan makanan cemilan buat cucu dan kakeknya yang menyetir hehe..
Di Km 93, ada mobil truk nyelonong keluar jalur tol. Diduga sopirnya mengantuk. Juga di Km 329 ada mobil box yang "nyenggol" besi pembatas jalan tol di jalur darurat sebelah kiri.
Pk. 12.00 mampir di rest area Km 207 A untuk sholat Dhuhur di Masjid At Taqwa sambil sekalian istirahat.
Pk. 15.20, mampir istirahat di rest area Km 379 A ruas Tol Batang - Semarang. Sekalian mengisi bensin full tangki yang sebelumnya sisa 4 strep (1329 km). Kami mengisi 24,7 liter Rp.189.330. Â Pk. 16.30 lanjutkan perjalanan lagi.
Pk.18.15 keluar Tol Colomadu dan memasuki kota Solo. Praktis perjalanan dari Jakarta menghabiskan waktu 12 jam, termasuk mampir istirahat di rest area.
Pk. 19.00 tiba di hotel Grand Amira di Jalan Veteran Solo. Hotel ini sudah dibooking sejak masih di Jakarta via online. Kami mengambik 2 kamar. Satu kamar Rp 216.000/malam. Setelah cek ini, keluar makan malam ke Wedangan Banyu Legi (WBL) Jl Dewi Sartika No. 38 Danukusan, Solo.
Pk. 20.40. mampir minum wedang ronde, di areal Pasar Triwindu, di depan Puro Mangkunegaran. Wedang Ronde terbuat dari tepung sagu, kacang, kolang-kaling dengan air jahe.
Itulah catatan perjalanan saya ke Solo untuk hari pertama. Nantikan cerita lainnya pada edisi berikutnya. Terima kasih. Salam Kompasianer. Nur Terbit
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H