SELAMAT JALAN, TOM!
Saya belum lama mengenal Tommy Bernadus, nama Tommy di medsos. Belum ada setahun, tapi rasanya akrab banget. "Kita kan sama2 orang Sulawesi. Saya di Utara Abang di Selatan. Bedanya Bang Nur lebih senior hehe...", kata dia, saat pertama kali kenalan di acara Badan Pengawasan Tenaga Nuklir (BAPETEN), Jl Hayam Wuruk, Jakpus, setahun yang lalu. Kami diundang sebagai blogger.
Saat pulang dari peninjauan ke Serpong tempat pengolahan nuklir, tulisan reportase kami diperlombakan. Tommy langsung hari itu juga bikin reportase panjang di Kompasiana. Saya japri dia dan ngasih jempol. Di lomba menulis liputan BAPETEN sendiri, ada 2 kategori : media dan blogger. Alhamdulillah, tulisan saya meraih juara kedua, kategori blogger, hadiahnya handphone.
"Nah, kan Bang Nur tetaplah senior," katanya memuji saat pengumuman juara, tanpa rasa iri, cemburu karena tulisan panjangnya di Kompasiana gak lolos jadi juara.
Itulah Tommy. Selalu menganggap saya senior, bahkan kata itu sering diperkenalkan ke teman2 wartawan, juga blogger.Â
"Hati2, Bang Nur ini selain blogger, wartawan senior, juga lawyer".Â
Selain itu, senior yang lain, karena berbagai alasan. Salah satunya soal usia. Saya sudah bercucu, Tommy masih jomblo. Dia rendah hati dan tidak sombong. Sedikit ceplas-ceplos.
Soal senior, dia merasa yunior jika bicara soal dunia wartawan. Alasannya, ketika saya dimutasi dari Jakarta Utara sebagai reporter Harian Terbit dan ditarik ke redaksi sebagai editor (1980-an), dia mengaku tahun itulah, justeru Tommy baru belajar jadi wartawan dan masuk liputan ke Jakarta Utara.
"Makanya, Bang Nur senior saya hehe....". Tommy mantan wartawan koran sore, Sinar Harapan. Belakangan aktif juga ngeblog dan rajin nge-vlog.
Sejak itu, Tommy rajin mengontak saya. Minta hadir meliput sebagai blogger dalam berbagai event. Dari acara diskusi soal bencana di BNPB, Â diskusi Indonesia Maju di Bappenas bareng Jend Muldoko + Prof Rainald Kasali, pertemuan pegiat medsos Asean di Senayan, sampai silaturahmi dgn Ibu Menlu Retno di Pejambon.
Dia hanya tertawa. Rupanya Tommy memang sudah naik "pangkat". Dia dipercaya mengordinir blogger, juga vlogger. Kami lalu diajak bergabung di FMB9, salah satu forum diskusi di Kementerian Komunikasi dan Informatika RI -- yang secara rutin membahas persoalan yang lagi hangat di masyarakat.
Khusus kepada saya, dia sarankan agar lebih fokus nge-vlog saja, setelah melihat video editan saya di Youtube. Biar teman lain, saya kasih tugas ngeblog aja. Nulis reportase di blog masing2, kata dia.Â
Itulah kelebihan Tommy. Pandai melihat dan menghargai potensi teman2nya, terutama yang dia anggap mitra kerjanya.
Sekali waktu, dia ngasih job lagi ke saya. Dia langsung terus terang. Proyek tabungan, istilah Tommy. Nulis aja dulu atau bikin video yang banyak, nanti bayarannya dirapel sekaligus. Dia pun minta nomor rekening bank saya.Â
"Tapi kalau Bang Nur keberatan, uangnya bisa saya talangi. Nanti saya potong dari honor, kalau cair," kata dia, serius.
Saya menolak kalau dia yang talangi dari isi dompet pribadinya. Gengsi dong. Masak senior ditalangi sama yunior, kata saya becanda ke Tommy. Dia maklum ketika saya bilang, "nanti kalau kepepet ya Tom. Gampang lah itu kawan, hehe...".
Minggu lalu, saya uji penawaran dia. Apakah memang bisa dia talangi honor saya, dengan alasan sudah "kepepet". Saya kebetulan mau liputan ke Bali. Saya pun japri Tommy via WA. Dia bilang, "diusahakan ya pak".Â
Aneh, dia gak menyapa "Bang Nur" lagi. Tapi "Pak". Sampai saya ke Bali, Tommy gak merespon japrian WA saya, baik waktu sudah di ruang tunggu bandara, bahkan ketika sudah jadi "turis lokal" di Bali.
Ketika lagi makan siang di salah satu hotel di Pantai Kuta, Bali, saya iseng buka handphone. Ngecek berita. Baca info di beberapa grup WA.Â
Tiba-tiba jantung saya seolah copot. Ada info terbaru: Tommy meninggal di rumah sakit. Tak ada keluarga yang tahu. Jagat medsos heboh. Teman2 blogger pun sibuk ngontak teman lain, terutama sesama blogger yang berasal dari Manado, Sulut, kampung kelahiran Tommy.
Saya baru tahu, rupanya selama di Jakarta ini, Tommy nge-kost di satu tempat sbg jomblo, bujangan. Semua keluarganya di Manado. Tom benar2 perantau sejati. Sendirian.
Ya sendirian melawan ganasnya Jakarta. Kemarin dan hari ini. Bahkan di hari terakhirnya, dia masih mencoba "sendirian" masuk rumah sakit, lalu menghadap pencipta-Nya.
(Nur Terbit, Bali 21102019).
Keterangan foto :
1. Tommy bersama Jokowi
2. Tommy nginap di RSUD
3. Â Saya dengan blogger bersama Ibu Menlu. Tommy di belakang ibu Menlu, tanda panah merah.
4. Foto Tommy di RSUD, jelang menghebuskan napas terakhir
5. Jenazah Tommy dipindah ke RS St Carolus, Jakpus.