Mohon tunggu...
Nur Terbit
Nur Terbit Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers, Lawyer, Author, Blogger

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menulis Damai untuk Pemilu Damai

28 Februari 2019   11:46 Diperbarui: 28 Februari 2019   12:17 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panggung Deklarasi (foto Nur Terbit)

Dunia sudah terbalik. Di era digital sekarang ini, cara pandang orang dalam melihat satu tulisan atau berita di media, sudah berubah seratus persen. Bahkan mungkin sudah seribu persen. Kenapa?

Sebab sekarang ini, orang tidak lagi melihat siapa penulis dari satu artikel, tulisan atau berita. Juga tidak melihat lagi apa nama media yang memuat tulisan tersebut. Lalu?

Ya, orang orang hanya akan melihat dan sering tanyakan, sudah di-share berapa kali tulisan itu, sudah berapa kali dibaca dan berapa follower penulisnya. Jadi, sudah terbalik, bahkan terbolak-balik, dari cara pandang selama ini.

"Nah dii sinilah posisi penulis bisa mengambilalih peran tersebut. Penulis punya kesempatan untuk memviralkan tulisannya," kata Kang Pepih Nugraha.

Jika dikaitkan dengan situasi sekarang di era digital ini, apa yang disampaikan oleh founder PepNews ini, tentu ada benarnya. Betapa banyak tulisan, artikel, berita dan apa pun namanya, sudah bertebaran di sekitar kita.

Coba saja sempatkan buka smartphone Anda sekarang. Buka media sosial, tengok aplikasi yang Anda gunakan untuk berkomunikasi. Tidak terhitung informasi bisa didapatkan. Ribuan bahkan jutaan, muncul dan semarak bak cendawan di musim hujan.

Jika rajin berselancar, akan kita temukan bermacam informasi. Baik melalui jaringan pribadi, media arus utama, termasuk media online. Dari yang sudah berbadan hukum maupun yang hanya muncul karena mengikuti trend.

Meski sudah tidak terhitung jumlah tulisan, berita dan informasi tersebut, tapi secara keseluruhan ada hal yang mirip di antara satu sama lain. Yakni tema, topik dan isinya sama. Paling tidak, mirip-mirip dari sisi pesan yang disampaikan.

Dan kalau itu kebetulan yang memuat adalah media, maka media tersebut menulis informasi yang sama. Sama-sama ditayangkan di waktu yang sama dan seragam. Di dunia jurnalistik, dikenal dengan informasi yang di-"kloning", "kopi paste" secara berantai sesuai kepentingan dan kebutuhan masing-masing.

"Tapi kalau misalnya netizen, pewarta warga, atau mungkin emak-emak yang menulis, pasti jadi lain. Sudut pandang penulisan tentu berbeda dengan media yang ada. Nah, begitulah pengaruh kehadiran penulis," kata Kang Pepih.

Deklarasi Penulis

Dari cerita sedikit panjang lebar di atas, yang mungkin mengusik pikiran Kang Pepih, sekaligus inisiator dari acara Deklarasi Penulis Untuk Pemilu Damai" di hotel Santika, Jakarta, Minggu 18 Februari 2019 silam. Ini video liputannya : DEKLARASI PENULIS

Acara bertajuk "Lawan Intoleran, Radikalisme dan Terorisme" ini digagas oleh PepNews, di mana sebagian besar para penulis yang hadir bernaung di dalamnya.

Maka di acara yang dihadiri sekitar 30 penulis yang tinggal di wilayah Jabodetabek dan dari daerah itu, Kang Pepih mencoba mengetuk hati para penulis bagaimana dahsyatnya kemampuan dan pengaruh jari-jari mereka jika menulis.

"Paling tidak, kemampuan Anda semua sebagai penulis yang mencoba mau saya tampung di PepNews, rumah netizen dengan tulisan yang santun," kata penulis sejumlah buku teknik menulis untuk citizen jurnalis ini.

Panggung Deklarasi (foto Nur Terbit)
Panggung Deklarasi (foto Nur Terbit)
Ini adalah langkah awal, kata si Akang. Jumlahnya ada 30 orang penulis yang terdaftar sebagai langkah awal. Kang Pepih menganalogikan ke-30 penulis ini sebagai "pengikut awal" seperti di zaman perjuangan Nabi Muhammad.

Menyinggung PepNews, Kang Pepih sebagai pendiri blog keroyokan Kompasiana, menyebut PepNews sebagai "rumah baru" para netizen, diakui sebagai sebuah institusi yang baru lahir. Baru belajar.

Tapi mantan wartawan Harian Kompas ini juga meyakini, bahwa penulis yang sudah bergabung di PepNews, semuanya sudah tergolong siap pakai. Artinya semua yang hadir juga sudah penulis.
 
Satu kelebihan PepNews, menurut saya, karena media ini rela di-"miroring", atau tayang ulang dari Kompasiana dan medsos lain. Sesuatu yang selama ini dianggap "tabu" oleh penulis, karena bisa dituduh sebagai plagiat, meski sebenarnya hanya "Copi paste" dari tulisan sendiri.

Mengenai kegiatan "Deklarasi Penulis Untuk Pemilu Damai", Kang Pepih memaparkan materinya terkait pentingnya peran penulis dalam menjaga suasana kontestasi politik. Terutama menjelang pesta demokrasi Pemilu 2019 agar tercipta aman, nyaman dan damai.

Para penulis Indonesia, kata Kang Pepih, diharapkan mampu menyajikan hal-hal benar dan positif. Penulis tidak boleh hanya berkutat pada apa yang akan diperoleh atau menguntungkan diri sendiri, melainkan harus bisa memberi lebih demi kebaikan orang lain.

Selain Kang Pepih, hadir juga memberi materi Zulfikar Akbar, wartawan dan peraih predikat Kompasiana of The Year, serta Elli Salomo aktivis 1998. (Nur Terbit)

* Tulisan ini juga dimuat di PepNews

Penulis membubuhkan tanda tangan untuk Pemilu Damai (dok PepNews)
Penulis membubuhkan tanda tangan untuk Pemilu Damai (dok PepNews)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun