Judda, suami Becce, dulunya bekerja sebagai mandor bangunan. Sementara Becce membantu ekonomi keluarga dengan membantu suami sebagai sandro atau dukun beranak. Praktis jarang tinggal di rumah karena dijemput keluarga pasien yang mau melahirkan. Tak pernah pasang tarif berapa biaya bagi pasien.
Itu sebabnya, namanya diawali dengan kata "Sanro" sesuai profesi yang digelutinya. Sanro berarti dukun, dalam bahasa Bugis. "Sebelum jadi Sanro, saya bekerja sebagai juru masak di perusahaan mobil Hadji Kalla, orang tua Pak Jusuf Kalla. Umur saya baru 30 tahun," kata Nenek Becce. Upahnya Rp 1000,- per hari. Sempat  bekerja setahun.
 "Tetapi, itu dulu, Nak. Sekarang saya sudah tua, sudah tak mampu. Ya, begini saja setiap hari di rumah. Kadang kalau saya bosan, saya bersihkan rumput sekitar rumah hingga malam hari," ucap nenek dalam dialek Bugis.
Usai bekerja sebagai juru masak, Becce memilih untuk mengurus rumah tangga dan anaknya yang berjumlah lima orang. "Namun, sisa dua yang masih hidup dan kini tengah sibuk mengurus keluarganya masing-masing. Hanya sesekali mereka datang melihat keadaan saya," kata Becce.
Di tengah keadaan yang serba kekurangan, Becce hanya bisa berharap belas kasih orang lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Becce mengaku memenuhi kebutuhannya tanpa dengan cara meminta-minta.
"Setiap hari saya hanya keliling kota Pinrang. Di situ pula saya sering mendapat rezeki yang tak terduga, tanpa harus meminta-minta. Makan sekali dalam sehari saja itu, saya sudah sangat bersyukur," tambahnya.
Penyaluran Bantuan Sering Terkendala Data
Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial, Harry Hikmat mengakui, penyaluran bansos sering terkendala saat penyalurannya.
"Tidak bisa dihindari akan selalu ada yang tidak berhak tetapi menerima bantuan, dan ada yang seharusnya berhak tetapi tidak menerima bantuan," kata Harry Hikmat, yang ikut menyertai kunjungan Mensos ke Pinrang.
Alasannya, jika ada yang tidak berhak tetapi menerima, itu terjadi karena orang yang tidak berhak menerima manfaat tapi justeru masuk database sebagai penerima manfaat.
"Sedangkan sebaliknya, jika ada yang seharusnya berhak tetapi tidak menerima, hal itu bisa terjadi karena orang yang berhak menerima manfaat tidak masuk di database sebagai penerima manfaat," kata Harry.