Mohon tunggu...
Nur Terbit
Nur Terbit Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers, Lawyer, Author, Blogger

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kain Lampung 'Mendunia' Lewat Jakarta

10 Maret 2012   03:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:16 1162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_165503" align="aligncenter" width="638" caption="Wakadis Parbud DKI Dr Tina Budiati, Kadis Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Lampung, berfoto bersama peragawan-peragawati yang membawakan pengantin Lampung (foto: dok Suprihardjo)"][/caption] PROVINSI Lampung dengan ibukotanya Bandar Lampung, kota pelabuhan di ujung selatan Pulau Sumatera, sejak dulu dikenal sebagai penghasil lada dan kopi sejak zaman kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 sampai abad ke-13. Karena lokasinya yang strategis di Selat Sunda, membuat perdagangan di daerah ini maju pesat. Lada dan kopi mengalir ke manca negara, sebaliknya banyak mata dagangan dari mancanegara juga mengalir ke daerah Lampung dan Sumatra Bagian Selatan pada umumnya, di antaranya kain sutra dari Cina. Meskipun di Jawa sudah masuk agama Islam sejak abad ke 15, namun Islam masuk ke Lampung  melalui Selat Sunda dari Batam baru pada abad ke- 17. Kondisi ini ternyata membawa pengaruh pula pada tekstil Lampung. Tidak mengherankan bila kain Lampung terutama kain tapis memiliki ragam hias gambar flora, tetapi juga tampak gemerlapan dengan sulaman benang emas atau perak. Berbagai jenis kain Lampung di antaranya tapis, bidak, kain kapal, sebagi dan batik. Dipamerkan di Museum Tekstil SEBANYAK 150 kain atau wastra Lampung, dipamerkan di Museum Tekstil Jakarta sejak 7 Maret hingga 19 Maret 2012. Pameran ini mengundang para pecinta wastra dan busana di Jakarta berdatangan untuk menyaksikan dan mengamatinya. [caption id="attachment_165504" align="aligncenter" width="595" caption="Peragaan pengantin adat Lampung sedang mengaturkan sembah (foto: dok Suprihardjo). "]

1331351469316457771
1331351469316457771
[/caption] Kepala Musuem Tekstil Jakarta, Drs Indra Riawan mengungkapkan pameran ini menggambarkan keanekaragaman teknik, ragam hias dan fungsi wastra Lampung agar lestari.  Di antaranya yang dipamerkan adalah Tapis Cucuk, kain untuk digunakan wanita pada saat pernikahan. "Kain tersebut buatan Lampung Timur tahun 1800-an merupakan koleksi Museum Negeri Provinsi Lampung," kata Indra Riawan. Uniknya tapis yang satu ini berhias uang logam Amerika. Ada lagi kain palepai, berhias motif kapal memanjang yang digunakan untuk pembatas wilayah ritual di dinding. Kainnya berbahan sutra, kapas dan bersulam benang perak serta pakan (benang melintang) tambahan. Pada pembukaan Pameran Tekstil Lampung tersebut, Sekjen Lampung Sai, Mawardi Hadi Rama menjelaskan Provinsi Lampung dengan segala seni budayanya telah diakui di Jakarta sejak tahun 1985 dengan mendapat nomor urut 18 dari 33 provinsi se Indonesia. Sejak itu, lewat Jakarta seni budaya Lampung termasuk kain tapis ikut pameran Pasar Tongtong di Negeri Belanda. Dengan lewat Jakarta lagi Lampung dengan senibudaya termasuk seni wastra dan busana menjelajah dunia sampai ke Paris, Perancis pada tahun 1990, ke Vatikan, Roma, bahkan ke Amerika Serikat. “Jadi setiap DKI Jakarta mengirimkan duta seni budaya ke mancanegara, di belakangnya ada senibudaya Lampung,” kata Mawardi yang mendapat gelar Sutan Pesirah. Sementara Wakil Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, DR Tinia Budiati MA mengakui, Mawardi yang kini menjadi orang penting di provinsi Lampung memang lama belajar dan berkiprah di Jakarta. Menurut Tinia yang sering ke Negeri Belanda ini, wastra atau kain Indonesia sebagai seni budaya nasional telah mempesona dunia.  Begitu pula dengan wastra Lampung dengan fungsi adabinya patut didokumentasikan dan dilestarikan sebagai busana yang menunjukkan jati diri bangsa. Karena itu pantas bila Pameran Wastra Lampung disebut Warisan Budaya Melintas Zaman. Tinia juga mengapresiasi langkah Museum Tekstil Jakarta yang telah merintis kemitraan dengan berbagai lembaga lain dalam melestarikan budaya wastra dan busana tersebut. Terutama yang dapat meningkatkan apresiasi bagi generasi muda. Gubernur Sjahroedin terima penghargaan TERSELENGGARANYA pameran wastra Lampung ini,  berkat dukungan Pimpinan dan Pengurus Lampung Sai, Himpunan Pengrajin Kain Tapis Lampung (HPKTL) dan Museum Negeri Provinsi Lampung. Karena itu pihak Museum Tekstil menyerahkan penghargaan kepada Gubernur Lampung, Drs H  Sjahroedin ZP, SH  yang juga Ketua Umum DPP Lampung Sai yang diwakili  Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Lampung, Gatot Hadi Utomo. Hadir pula wakil Museum Polri, AKBP Hartati, Kepala Balai Konservasi Disparbud DKI Candrian, Kepala Museum Wayang Dachlan SKar, dan pimpinan Dekranasda Provinsi Lampung maupun Kodya Bandar Lampung antara lain Hj Soraya Zulkifli Hasan, Hj Roslina Daan, Ny Trully Sjachroedin.  Tampak AKBP Hartati sebagai  perwira polwan yang mengurusi benda bersejarah Polri tekun meneliti beberapa  kain tapis Lampung yang gemerlapan dengan sulaman benang emas dan perak. Sesekali memotretnya. Tari ‘Selamat Megou (Datang)” dan peragaan busana pengantin Lampung ditampilkan pada pembukaan pameran yang akan berlangsung sampai 19 Maret 2012 itu. Menurut pantia, hari ini  (8/3) diselenggarakan talk show Wastra Lampung dan pada  9-11 Maret diselenggarakan workshop batik di arena pameran Museum Tekstil tersebut. "Pameran ini mewakili keanekaragaman teknik, ragam hias dan fungsi wastra Lampung agar lestari," kata Kepala Musuem Tekstil Jakarta, Drs Indra Riawan. (aliem) salam, NAH http://aliemhalvaima.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun