Mohon tunggu...
Dadang Abdullah
Dadang Abdullah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Ajaran Ilahi Untuk Semua.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Teu Sohor, Dang!

17 Februari 2015   16:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:03 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu sekali, ayah dari kakekku yang kebetulan sekali beliau adalah seorang tentara yang tidak turut ‘hijrah’ ke Jogjakarta karena konsekuensi dari perjanjian antara Belanda dan Indonesia yang hasilnya antara lain, Indonesia hanya tinggal Jogjakarta saja. Memberikan aku sebuah‘tuntunan’ dalam menjalani hidup pada masa ‘perjuangan’.

Hidup ini mesti matang dalam bertindak dan berfikir, saat musuh memperlihatkan sesuatu yang seolah punya mereka. Sebenarnya mungkin bukanlah begitu kebanarannya. Saat musuh memperlihatkan keberaniannya, sebenarnya mungkin saja itu bukan keberaniannya. Saat musuh menunjukkan kebaikannya, maka balaslah kebaikan itu dengan tulus dan waspada.

Hidup adalah penyegeraan dalam memilih kejayaan. Kejayaan datang dalam masa yang terkadang tak akan kita bisa rencanakan, perencanaan hanya pada masalah teknis dan pelaksanaan. Adapun hasilnya adalah waktu yang akan memberikan penekanan untuk itu.

Hidup adalah perjuangan yang tak berujung. Ujungnya perjuangan adalah saat dimana pintu kejayaan tertutup dalam-dalam pada benak manusia. Ujungnya perjuangan saat manusia tak punya lagi keberanian dalam mengalahkan musuh-musuhnya. Dan musuh manusia terbesar adalah dirinya sendiri.

Pecundang adalah saat dimana manusia membutuhkan dirinya, ia bergegas menjadikan dirinya tak berguna untuk orang lain, walau dalam keadaan mampu untuk bermanfaat. Pecundang adalah manusia yang hidup berlebihan diantara kekurangan saudara-saudaranya. Saat kelebihan itu menjadi tontonan saudara-saudaranya yang kekurangan maka saat itulah dia menjadi pecundang. Saat penyakit ‘wahn’ menguasai dirinya maka saat itu juga dia boleh dipanggil pecundang.

Di penghuung kalimat beliau memberikan penekanan berarti dalam bahasa yang sangat ku mengerti “Saat saudaramu membutuhkan kemudahan bagimu, lalu engkau persulit mereka dengan mereka-reka cara, TEU SOHOR, DANG! SAKALI DEUI TEU SOHOR!, Wallahu a’lam.

Semoga Allah, Tuhan Semesta Alam. Menjaga manusia dalam suka dan dukanya, tidur dan jaganya, sehat dan sakitnya, benar dan salahnya, serta ruku dan sujudnya. Walhamdulillah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun