Mohon tunggu...
Dadan Wahyudin
Dadan Wahyudin Mohon Tunggu... wiraswasta -

Gembala sapi, suka bahasa dan menulis. Mengagumi keindahan natural. Lahir di Pagaden, Tinggal di Bandung, Garut Jurusan busnya, Hobi Makan dan Jalan-jalan di Cianjur \r\n

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menghitung Jembatan dalam Jalan Lintas Selatan Jawa Barat

1 Juli 2012   13:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:22 2705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_186277" align="aligncenter" width="629" caption="Pejalan kaki di atas jembatan Cisadea, Sindangbarang tampak Mesjid Agung dan jalan LSJB sudah mulus (gambar 27 Juni 2012)  Foto-foto: Dadan wahyudin"][/caption] Tatkala singgah di Sindangbarang, dalam studi lapangan mahasiswa PBSI S2 UNSUR Cianjur,  Rabu-Kamis (27-28/6/2012) lalu, jembatan Cisadea di sebelah barat alun-alun dan jalan raya Sindangbarang, langsung menggelitik penulis untuk mengetahui lebih lanjut.

Jalan Raya Sindangbarang ini merupakan bagian dari proyek jalan Lingkar Selatan Jawa Barat (LSJB) diharapkan mampu mengangkat kehidupan masyarakat di pakidulan Jawa Barat yang relatif tertinggal dibanding saudaranya di wilayah utara.  Perbukitan dengan kontur yang rapat, aliran sungai lebar yang banyak, ketiadaan jembatan, jalan masih berupa tanah, dan gelombang samudra Hindia dikenal ganas, membuat pakidulan Jawa Barat bertahun-tahun sukar disambangi.

[caption id="attachment_195892" align="aligncenter" width="661" caption="Jembatan Cisadea (Sindangbarang) diresmikan 5 Mei 2012: Kokoh dan Mulus"]

1346236759763033412
1346236759763033412
[/caption]

Kondisi ini tak seberuntung propinsi Jawa Tengah, di mana jalur Pantai utara (Tegal, Pekalongan, Semarang,dsb) dan  jalur tengah (melalui Purwokerto, Banjarnegara, Wonosobo, Temanggung, dsb), atau  jalur selatan (Cilacap, Kebumen, Purworejo, dsb)  merupakan jalur komersil yang ramai.   Begitupula Jawa Timur banyak kota setingkat kabupaten di jalur selatan seperti: Pacitan, Trenggalek, Blitar, Wlingi, Kepanjen, dan sebagainya merupakan jalur perekonomian yang mapan.

[caption id="attachment_186282" align="aligncenter" width="500" caption="Jembatan Cisadea sebelum diresmikan 5 Mei 2012 (sumber: panoramio)"]

13413933171929599312
13413933171929599312
[/caption] Jembatan terbaru diresmikan adalah Cisadea dan Ciselang di Sindangbarang.  Jembatan Cisadea membentang 122 meter menghubungkan desa Sirnagalih dan Saganten (Sindangbarang), sementara jembatan Ciselang berada di sebelah barat jembatan Cisadea sepanjang 51 meter. Keduanya diresmikan  Gubernur Jawa Barat, H. Ahmad Heryawan, tanggal 5 Mei 2012 di alun-alun Sindangbarang.  Peresmian dua buah jembatan tersebut  menandai lengkaplah sudah seluruh jembatan di Jawa Barat Selatan yang sekarang jumlahnya mencapai 159 buah jembatan.

Rampungnya Proyek jalan trans Jawa Barat selatan yang membentang dari Ujunggenteng hingga Pangandaran diharapkan dapat menyatukan kota setingkat kecamatan yang pada awalnya tercerai-berai seperti: Ujunggenteng (Sukabumi), Agrabinta, Sindangbarang, Cidaun (Cianjur), Pameungpeuk (Garut), Cipatujah (Tasikmalaya) hingga Pangandaran sehingga dapat menjadi jalur perdagangan dan menumbuhkan pembangunan di belahan selatan tatar Pasundan ini.

[caption id="attachment_195888" align="aligncenter" width="468" caption="Jembatan Cilaki (273 m) terpanjang di pakidulan kabupaten Cianjur"]

1346235434210380201
1346235434210380201
[/caption]

Karakter sungai di pakidulan

Jalur Lintas Selatan Jawa Barat yang berdampingan dengan Samudra Hindia sebenarnya relatif datar dan jarak pandang luas.  Ombak bergemuruh tiada henti bakal menemani pengendara melalui jalur ini.  Jalur ini relatif lurus dibanding jalur tengah Cianjur-Sukanagara-Sindangbarang atau Ciwidey-Naringgul-Cidaun yang sarat akan belokan, jurang, tebing dan tanjakan-turunan.

[caption id="attachment_444" align="aligncenter" width="450" caption="Jembatan Ciujung, Sindangbarang memiliki muara lebar, namun DAS pendek. Tampak  muara, samudra dan kaki langit bertemu"]

[/caption]

Anda bakal melewati sungai-sungai lebar dan rapat.  Kampung-kampung diselingi sungai-sungai lebar yang cukup rapat telah membuat masyarakat sulit membebaskan diri dari isolasi keterpencilan.

Ada perbedaan karakter sungai antara pakidulan Jawa Barat dengan sungai-sungai Kalimantan atau wilayah Pantura.  Sungai-sungai  di pakidulan melintasi bukit-bukit terjal dan berbatu-batu, praktis tidak bisa dilayari.  Tak heran, hampir tak ditemui kampung nelayan seperti halnya muara di sungai Pantura, kecuali di Jayanti dan Rancabuaya.   Di Kalimantan atau Pantura, sungai bisa dilayari untuk sarana transportasi bahkan perniagaan.

Kisah masa lalu

Hidup dihimpit sungai-sungai lebar telah mengisolasi masyarakat pakidulan selama bertahun-tahun.  Ketidakpraktisan dan ekonomi berbiaya tinggi menjadi beban hidup yang harus ditanggung warga di sini. Contohnya saja, bahan bakar premium dan solar di Cidaun harus dibeli dari SPBU Ciwidey (Kabupaten Bandung) karena ketiadaan SPBU. SPBU terdekat dijumpai di Sukanagara, namun kadangkala persediaan tak mencukupi.  Bensin eceran sebenarnya mudah dijumpai di kios-kios warga yang dijual seharga Rp. 7.000,00 per liter.  Kondisi seperti ini tak heran mobil mewah dan mobil pelat putih baru keluar dealer pun harus rela diisi di kios eceran.

[caption id="attachment_441" align="aligncenter" width="388" caption="Sungai Cidamar (kec. Cidaun), kendaraan bisa turun ketika sungai dangkal "]

[/caption]

Bila di musim kemarau di mana airnya surut, sepeda motor atau mobil bak kerap berbasah-basahan turun melintasi sungai dangkal untuk menyeberang. Pengendara harus pintar memilih jalan  tidak ada onggokan batunya, kalau tidak mau terhalang atau malah terjungkal.  Jika air besar, maka  getek (rakit)  yang ditarik penjual jasa penyebrangan memiliki peran penting menyeberangkan kendaraan atau warga ke kampung sebelahnya. Adapula pengendara yang rela berputar lebih jauh dengan menyusuri pinggiran sungai untuk mencari  aliran sungai yang dangkal.

[caption id="attachment_446" align="aligncenter" width="468" caption="Ciri khas Sungai Cipandak di basisir kidul adalah ada tiang besinya"]

[/caption] Kisah lainnya adalah untuk mencapai Pameungpeuk (Garut)  dari Cidaun (Cianjur) bila ditarik garis lurus hasilnya  sekitar 50 km.  Warga Cidaun berhari-hari  memutar ke Sindangbarang (27 km) lalu Cianjur kota (berjarak 120 km) dengan jalan dibatasi jurang dan dinding batu. Dari Cianjur dilanjutkan melewati kota Bandung sejauh  60 km.  Dari Bandung, jarak 63 km harus ditambahkan dalam perjalanan mencapai kota dodol,  Garut.  Dari terminal Guntur, Garut jalan kecil mendaki dari bukit ke bukit harus diuntai mirip kontur Cianjur-Sindangbarang dengan jarak yang lumayan ketika mencapai tujuan Pameungpeuk (87 km). Angka  357 km diperoleh sebagai akumulasi perjalanan hanya pergi saja.  Jarak ini setara dengan setengah Jakarta-Surabaya sekitar 668 km, tentu dengan kondisi jalan dilalui berbeda.  Sebuah perjalanan panjang dan melelahkan. Sungguh tidak praktis, bukan?

Yang Memisahkan dan Yang Menghubungkan

Itu kisah dulu.  Kini perjalanan yang dahulu harus ditempuh beberapa hari itu hanya dapat ditempuh dalam hitungan jam berkat kehadiran jembatan.  Jembatan yang kokoh dan jalan mulus (ada beberapa seksi yang rusak, namun tengah diperbaiki petugas jalan) serta medan lurus, perjalanan sekarang cukup mengasyikan.  Apalagi sepanjang kanan (dari arah Sindangbarang) adalah lautan lepas yang gemuruh ombaknya tiada henti.  Namun pada siang hari angin laut berhembus kencang, disarankan pengendara motor menggunakan jaket tebal dan helm tertutup.

Menurut keterangan kawan penulis, Lili Azies, yang dikenal sebagai jurnalis, pernah mengikuti kegiatan Bupati di pantai selatan di era 1978-an,  ia menghitung  setidaknya ada 7 sungai besar antara Cisadea dan sungai Cilaki.  Sungai-sungai itu adalah Citoe, Ciujung, Cipandak, Ciwadik, Cidamar/Cidaun, Ciseula, dan Cikawung.  Jembatan Cilaki sebagai tapal batas antara kabupaten Cianjur dan kabupaten Garut merupakan jembatan paling panjang berdiri di atas sungai Cilaki sepanjang 273 meter.

[caption id="attachment_457" align="aligncenter" width="257" caption="Petunjuk jalan dari arah Cidaun di perempatan Rancabuaya"]

[/caption]

Sementara, perjalanan pun dilanjutkan oleh penulis setelah melintasi  S. Cilaki (tapal batas kabupaten) hingga mencapai Rancabuaya, Kec. Caringin, Kabupaten Garut dijumpai beberapa jembatan di antaranya Jembatan Sungai Ciawi, Cidahon, Cikawung, Cilayu, Cihideung,  hingga jembatan sungai Cidora. Jembatan sungai Cilayu sepanjang 250 m merupakan jembatan kedua terpanjang yang dijumpai penulis.

Masih banyak jembatan ke arah timur meliputi pesisir kabupaten Garut, Tasikmalaya, dan Ciamis yang belum dijelajahi seperti: Cirompang, Cikandang, Cimari, Cimangke, Cipasanggarahan, Cisanggiri, Cibaluk, Cipamukusan, Cipanyerang, Cipatujah, Cilangla, Cibeuning, Cijulang, dan lain-lain.  Namun semua itu sudah terhubung oleh jembatan LSJB.  Jembatan yang membentang di atas 100 meter di kawasan di atas adalah jembatan Cilayu (250 m), Cipatujah (127 m), Citangguluk (120 m) dan Cibaluk (105).

[caption id="attachment_468" align="aligncenter" width="428" caption="Jembatan Cilayu dilihat sebelum turunan dari arah Rancabuaya"]

[/caption]

Begitu pula ke arah barat dari Cisadea, Sindangbarang,  sungai-sungai melintang LSJB  belum disambangi penulis seperti Ciselang,  Cidahon, Cisokan, Cibuni (Cianjur),  Ciseureuh, Cikarang (Sukabumi), dan lain-lain merupakan rangkaian Lintas Selatan Jawa Barat yang tentu memiliki pesona tersendiri.

Lintas Selatan Jawa Barat (LSJB) diharapkan menjadi daya tarik investor maupun warga setempat untuk membangun daerah baru saja membebas diri dari belenggu keterbatasan sarana transportasi.  Berkat jembatan dan jalan relatif bagus, warga pun telah mendapat manfaat berupa kemudahan akses.

"Saya sudah dua kali melakukan perjalanan Cidaun-Pangandaran dengan waktu tempuh 5-6 jam dan tak ada lagi jalan terputus oleh sungai," kata kawan penulis yang menemani perjalanan tersebut.

Potensi

Wilayah pakidulan diprediksi bakal segera bebenah dan menggoda investor untuk mengelola sumber daya alam dan potensi dimiliki daerah ini.  Jalan yang lurus dan relatif bagus dengan pesona pantai menakjubkan dapat dikelola menjadi obyek wisata.  Fasilitas-fasilitas pendukung seperti kemudahan akses jalan tembus ke jalan LSJB, melengkapi petunjuk jalan, kehadiran SPBU, penginapan memadai,  dan fasilitas lainnya perlu terus ditingkatkan sehingga pengunjung merasa aman dan nyaman.

[caption id="attachment_582" align="aligncenter" width="444" caption="Domba dan Sapi merumput di antara jalan   LSJB dan Samudra Hindia "]

[/caption]

Di sepanjang kiri dan kanan trans selatan Jawa Barat ini banyak tegalan dengan rumput tumbuh cocok untuk peternakan.  Sepanjang jalan dilalui oleh penulis, banyak dijumpai domba, kambing, dan sapi yang digembalakan di pinggir jalan ini.

Potensi buah kelapa di basisir kidul Cianjur dikenal sebagai pemasok utama buah kelapa segar di kota Cianjur atau Bandung dan sekitarnya.   Sepanjang pantai Sindangbarang-Cidaun banyak pohon nyiur kelapa ini melambai-lambai.  Sementara arah ke dalam sedikit, justru pohon arenlah yang banyak dijumpai.  Tak heran, daerah perbukitan seperti Naringgul, Cikadu, Pasirkuda dikenal produksi gula arennya.

Pasir di pakidulan ini halus dan mengkilap diyakini mengandung potensi pasirbesi tinggi.  Sepanjang jalan Sindangbarang-Cidaun ada beberapa perusahaan penambangan pasirbesi yang ditandai gundukan pasir yang menggunung.  Penambangan pasirbesi ini masih menyimpan pro-kontra di masyarakat dan pecinta lingkungan.  Ketakutan warga sekitar, umumnya bekas galian terjadi di negara kita, kerap meninggalkan lubang-lubang mengangga yang tidak direhabilitasi oleh perusahaan tambang.

[caption id="attachment_585" align="aligncenter" width="340" caption="Meski dekat dengan pantai, namun Cidaun terletak di atas bukit tinggi. Tampak Samudra Hindia  dilihat di depan SMPN 1 Cidaun (25-30 mdpl)"]

[/caption]

Potensi perikanan laut di pakidulan memang tak setinggi hasil laut di wilayah Pantai utara.  Penyebabnya sulit mencari pantai landai berteluk.  Deburan ombak di pantai selatan cukup tinggi dan hampir tiada henti.  Apalagi di saat musim angin barat yang banyak nelayan menambatkan perahunya.

[caption id="attachment_186290" align="aligncenter" width="480" caption="Ikan bawal hasil menjala nelayan di Pantai Apra Sindangbarang"]

13413969601643980248
13413969601643980248
[/caption]

Namun, habituasi pantai tak bakal kehilangan potensi lautnya, termasuk  ikan laut.  Tempat pelelangan ikan terdapat di pelabuhan Jayanti (Cidaun). Jayanti merupakan pelabuhan satu-satunya di kabupaten Cianjur dikenal dengan ikon  ikan layurnya.  Ikan-ikan lain seperti: belanak, bawal, tongkol, tenggiri, bisa dibeli di TPI.   Sementara di muara sungai, Anda bisa membeli udang atau impun di tukang anco (nyirib) yang banyak mangkal di muara sungai-sungai tersebut.

Bila Anda pernah ke pakidulan sepuluh tahun lalu, situasi dan kondisi sekarang jauh berbeda. Tak percaya, silakan mencobanya kembali! [Dadan wahyudin]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun