Mohon tunggu...
Dadan  Rizwan Fauzi
Dadan Rizwan Fauzi Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Pascasarjana (Megister) PKn UPI Ketua Umum Aliansi Pemberdayaan Pemuda Nusantara (ASPENTARA)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kurban Sebagai Wujud Cinta Kemanusiaan

3 September 2017   02:29 Diperbarui: 3 September 2017   04:27 1086
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, di beberapa Negara internasional juga sedang terjadi beberapa peristiwa keji yang merampas sisi kemanusiaan. Perang yang tak berkesudahan antara Israel dan palestina yang makin hari semakin memakan banyak korban; Peristiwa pembantaian Etnis Muslim Rohingya di Negara bagian Arakan atau Rakhine Myanmar, serta peristiwa-peristiwa kekerasan yang lain yang dilakukan secara biadab tanpa mempertimbangkan rasa kemanusiaan dan keadilan.

Hal ini merupakan sebuah pertanda bahwa saat ini dunia sedang diliputi pelbagai macam pandangan hidup yang negatif seperti "hedonisme, premanismedan sifat individualisme" sehingga menyebabkan timbulnya perpecahan ditengah-tengah kehidupan.

Menguatkan Solidaritas Kemanusiaan

Disinilah ibadah kurban hadir sebagai bentuk kepedulian kita untuk sesama, selain nilai teologi yang melekat Ibadah kurban adalah bentuk kemanusiaan kita yang paling membumi. Kita menyembelih hewan kurban lalu dibagikan kepada mereka yang tak mampu dan membutuhkan, sehingga terciptalah sebuah ikatan persaudaran ditengah-tengah keberagaman atas dasar kemanusiaan.

Secara sederhananya kurban merupakan kiasan untuk menyembelih sifat-sifat kebinatangan yang terdapat dalam diri yang selalu ingin kenyang sendiri. Mengingat kondisi bangsa kita yang sedang krisis empati dan cenderung individualis. Politik yang oportunis, pendidikan yang matrealis, budaya yang hedonis, serta berbagai hal yang membuat kita terlihat sebagai bangsa yang maju-mundur cantik secara dinamis tanpa arah dan identitas yang jelas.

Spirit "kurban" adalah spirit membangun rasa kemanusiaan secara akomodatif. Sebuah nilai yang menempatkan kepedulian sesama diatas segalanya. Sebab agama apapun itu, dia akan selalu berpijar pada kekuatan pemberdayaan sesama untuk keadilan yang membebaskan. Dalam hal tradisi kurban ini seharusnya menjadi sebuah pijakan awal untuk kita membangun masyarakat yang maslahat, yang tentunya tidak cukup menggunakan pola hubungan Hamba-Tuhan (Hablum Minallah) saja, melainkan juga memaksimalkan hubungan seorang hamba dengan hamba (Hablum Minannas), serta hubungan manusia dengan alam (Hablum Minalalam).

Islam sebagai Agama tak melulu membicarakan konteks ketuhanan secara sempit, tapi juga sebagai gerakan kemanusiaan yang secara nyata bergerak menjadi lokomotif utama terciptanya kesejahteraan yang tak lagi menjadikan suku, bangsa, budaya sebagai pembeda.  Islam adalah ajaran yang mampu melintasi segala ruang, mampu berdialog dengan budaya, anti kekerasan,  dan hal-hal lain yang memacu terwujudnya rahmat bagi seluruh alam (islam rahmatan lil alamin).

Problematika sosiologis yang marak terjadi ini merupakan bagian dari tantangan nilai spiritualitas sebuah ajaran. Universalitas Islam yang memainkan peranan itulah yang harusnya diperopagandakan. Bukan justru memunculkan sebuah stigma Islam sebagai agama yang amarah dan anti keragaman, atau bahkan justru menjual Agama atas dasar kepentingan dengan harga yang murahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun