Mohon tunggu...
Dadan Hardian
Dadan Hardian Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyenangi healing dan mencintai keluarga serta menulis

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Bulog di Bawah Presiden

22 November 2024   18:34 Diperbarui: 22 November 2024   18:59 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada era pemerintahan Presiden Soeharto, Badan Urusan Logistik (Bulog) memiliki peran strategis dalam menjaga ketahanan pangan nasional sekaligus menstabilkan harga kebutuhan pokok. Didirikan pada tahun 1967, Bulog awalnya bertugas mendistribusikan beras dan bahan pangan lainnya di seluruh Indonesia. Seiring waktu, lembaga ini berkembang menjadi institusi penting dalam perekonomian nasional.

Bulog melaksanakan program subsidi untuk menjaga daya beli masyarakat terhadap bahan pangan, khususnya beras. Langkah ini krusial di tengah fluktuasi hasil pertanian akibat faktor cuaca dan bencana alam. Selain itu, Bulog membeli beras dari petani dengan harga wajar dan menjualnya kembali ke pasar dengan harga terjangkau. Strategi ini efektif menjaga inflasi sektor pangan tetap terkendali.

Bulog juga menangani kebijakan ekspor dan impor bahan pangan. Ketika pasokan domestik terganggu, Bulog mengimpor bahan pangan untuk menjamin ketersediaan tanpa merugikan petani lokal. Kontribusi Bulog dalam menjaga ketahanan pangan di era Soeharto dikenang sebagai salah satu penopang stabilitas sosial dan ekonomi.

Setelah runtuhnya Orde Baru pada 1998, Bulog mengalami perubahan besar dalam struktur dan fungsi. Saat ini, Bulog berada di bawah Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan fungsi komersial yang berbeda dibandingkan era sebelumnya.

Namun, di era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, wacana transformasi Bulog kembali mengemuka. Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, menyatakan bahwa Bulog akan diarahkan menjadi lembaga non-komersial untuk memaksimalkan perannya sebagai stabilisator pangan, serupa dengan masa kejayaan di era Soeharto.

Menurut Zulkifli Hasan, transformasi Bulog diperlukan untuk mendukung target swasembada pangan pada tahun 2027 guna mencapai swasembada pangan,

Wacana ini juga mendapat perhatian dari AriSumarto Taslim, pemerhati sosial. Ia menilai bahwa pengelolaan Bulog di bawah kendali langsung Presiden dapat memperkuat ketahanan pangan, memperbaiki distribusi logistik, dan menjaga stabilitas harga pangan. Dengan pengelolaan yang lebih terpusat, Bulog diharapkan lebih tangguh menghadapi tantangan global dan domestik, termasuk ancaman krisis pangan.

Saat ini, pembahasan transformasi Bulog terus dilakukan secara intensif. Jika terealisasi, langkah ini menjadi babak baru dalam sejarah lembaga yang telah berperan besar dalam perekonomian Indonesia selama beberapa dekade.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun