Langit biru yang dulu menjadi ciri khas Jakarta kini semakin sulit ditemukan. Kota yang tak pernah tidur ini harus menghadapi realitas pahit: polusi udara yang kian memburuk.
Joko Widodo (Jokowi), dalam pertemuan bersama relawan dan influencer di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, menyoroti tantangan utama Jakarta. Dalam acara yang juga dihadiri Cagub Jakarta nomor urut 1, Ridwan Kamil, Jokowi menyebut meski masalah klasik seperti kemacetan dan banjir mulai teratasi, polusi udara tetap menjadi pekerjaan rumah terbesar.
"Air Quality Index (AQI) Jakarta sudah mencapai 190-an. Padahal, standar aman itu 0 hingga 50. Ini berarti kualitas udara kita sudah jauh melampaui ambang batas yang diperbolehkan," ujar Jokowi.Â
Ia menegaskan, siapa pun yang terpilih sebagai pemimpin Jakarta harus berkomitmen menyelesaikan masalah ini.
Pemerhati lingkungan, AriSumarto Taslim, mengatakan bahwa solusi atas polusi udara tidak bisa hanya bergantung pada pemerintah.Â
"Jakarta butuh komitmen bersama. Jika pemerintah dan masyarakat bergerak dari sekarang, langit biru Jakarta mungkin masih bisa kembali," katanya.
Minimnya ruang hijau menjadi salah satu penyebab utama memburuknya kualitas udara. Upaya penghijauan yang konsisten dan edukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan harus menjadi prioritas.
Selain itu, dampak polusi udara sudah sangat nyata. Gangguan kesehatan dan menurunnya kualitas hidup warga menjadi peringatan bahwa langkah tegas tidak bisa ditunda lagi.
Untuk menjadikan Jakarta kembali bernapas lega, beberapa langkah konkret perlu diambil, di antaranya:
-Penghijauan: Penambahan ruang terbuka hijau yang mampu menyerap polutan.
-Edukasi: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan.