Pak Hardi memulai harinya dengan rutinitas yang telah ia jalani. Setiap pagi, ia menyiapkan sarapan untuk anak keduanya, Decas, yang kini berusia 11 tahun. Decas terlahir dengan down syndrome, dan sejak kepergian istrinya enam tahun lalu, Pak Hardi harus menjalani peran ganda sebagai ayah dan ibu bagi kedua putrinya.
Decas memiliki kakak perempuan berusia 16 tahun, yang sebentar lagi lulus SMA. Kedua putrinya adalah prioritas utama dalam hidup Pak Hardi.
Setiap pagi, ia memastikan Decas bangun, mandi, berpakaian rapi, dan mengenakan popok. Meskipun pernah mencoba melepas popok untuk melatih Decas, upaya itu belum berhasil karena Decas belum mampu mengomunikasikan keinginannya buang air.
Pak Hardi pernah berharap Decas bisa lebih mandiri, tapi kenyataannya malah membuat rumah berantakan dengan kotoran dan pipis di mana-mana. Akhirnya, ia memilih untuk tetap menggunakan popok demi kemudahan.
Setelah Decas rapi, Pak Hardi menyiapkan makanan favorit putrinya: nasi goreng. Merawat Decas bukanlah tugas yang mudah. Ia harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan khusus anaknya, mulai dari memahami emosi yang tak terduga hingga menjaga rutinitas harian.Â
Salah satu hal yang membantu Decas adalah perangkat seperti handphone yang selalu di genggamannya, dimana ia belajar beberapa kata dari aplikasi seperti TikTok dan YouTube.
Meski sering kelelahan, Pak Hardi tetap tegar. Baginya, Decas dan kakaknya adalah tanggung jawab yang tak bisa ditinggalkan. Di akhir pekan, Pak Hardi sering mengajak Decas jalan-jalan, menikmati keceriaan putrinya yang terlihat jelas setiap kali mereka bepergian.
Meski tinggal dia seorang diri, pak Hardi percaya istrinya tetap ada, mengawasinya, dan Decas serta kakaknya dari atas sana.
Cinta Pak Hardi untuk Decas tak mengenal batas. Baginya, merawat Decas adalah wujud cinta yang diwariskan istrinya, dan ia berjanji akan terus menjalankannya hingga napas terakhir.Â
Ia bersyukur, kakak Decas bisa memahami perhatian lebih yang diberikan kepada adiknya, tanpa rasa iri.