Mohon tunggu...
Dadan Hardian
Dadan Hardian Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyenangi healing dan mencintai keluarga serta menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ciliwung, Harapan untuk Masa Depan

13 Oktober 2024   19:28 Diperbarui: 13 Oktober 2024   19:40 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungai Ciliwung, yang mengalir sepanjang hampir 120 kilometer dari Bogor, Jawa Barat hingga Jakarta, menyimpan sejarah panjang sebagai salah satu nadi kehidupan warga ibu kota. Di masa lalu, Ciliwung tak hanya menyediakan sumber air bersih, tapi juga menjadi jalur transportasi dan pusat aktivitas masyarakat. Namun, seiring berjalannya waktu, wajah Ciliwung berubah drastis akibat urbanisasi dan pencemaran.

Sungai ini menjadi saksi perjalanan Jakarta dari sebuah kota kecil hingga menjadi metropolitan. Di sepanjang alirannya, masyarakat tempo dulu biasa mandi, mencuci, hingga mencari ikan.

Dulu, Ciliwung itu sangat jernih. Anak-anak  sering berenang, airnya segar sekali.
Namun, seiring bertambahnya populasi dan pesatnya pembangunan, Ciliwung mulai terabaikan. Pencemaran dari limbah rumah tangga dan industri menjadikan sungai ini sebagai salah satu yang paling tercemar di Indonesia.

Pada tahun 1990-an, kondisi Ciliwung mulai mencapai titik kritis. Sampah plastik, limbah pabrik, dan tumpukan rumah liar di sepanjang bantaran sungai menambah beban berat bagi kelestarian Ciliwung.

Berbagai upaya dilakukan untuk mengembalikan kejayaan Ciliwung. Salah satu inisiatif terbesar datang dari gerakan lingkungan,  yang secara rutin melakukan aksi bersih-bersih sungai.

Selain itu, pemerintah juga telah meluncurkan beberapa proyek normalisasi sungai, seperti pembangunan tanggul dan perbaikan drainase untuk mengurangi banjir yang sering melanda Jakarta. Meski begitu, hasilnya belum terlihat maksimal. Sungai Ciliwung tetap menjadi salah satu titik kritis saat musim hujan tiba, sering kali meluap dan menyebabkan banjir besar.

Kisah Ciliwung adalah gambaran bagaimana alam yang dulunya memberikan kehidupan, kini justru menjadi korban perkembangan zaman. Banyak yang berharap Ciliwung dapat dipulihkan, bukan hanya demi lingkungan, tetapi juga untuk menjaga warisan sejarah dan budaya Jakarta.

Revitalisasi Ciliwung bukan sekadar soal sungai yang bersih, tapi juga soal merawat kenangan dan menjaga masa depan.

Pada Minggu, 13 Oktober 2024, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto diwakili Kasad Jenderal TNI Maruli Simanjuntak meninjau kegiatan Karya Bakti Pembersihan Sungai Ciliwung dalam rangkaian  HUT ke-79 TNI Tahun 2024, bertempat di Sungai Ciliwung Jembatan Besi Sektor Tambora, Jakarta Barat.

Aksi Kali Ciliwung Bening melibatkan partisipasi dari berbagai elemen masyarakat dengan total peserta sebanyak 35.675 orang yang terdiri dari TNI, Polri, Pemda DKI, BBWSCC (Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane), pelajar, masyarakat umum dan petugas PPSU (Penanganan Prasarana dan Sarana Umum). Kerja sama ini menunjukkan pentingnya sinergi lintas sektor dalam menjaga kelestarian lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun