Ada yang keliling pakai sepeda, tak sedikit berjalan kaki untuk mengais rejeki. Dengan alat-alat bawaannya yang sederhana, seperti pompa, lem, dan karet tambalan, mereka dapat dengan cepat memperbaiki kerusakan, memungkinkan pengendara melanjutkan perjalanan tanpa harus mengeluarkan biaya besar.
Di zaman tahun 1970-an hingga 1990-an, juga banyak ditemui tukang reparasi payung keliling yang merupakan salah satu sosok  akrab di tengah masyarakat. Mereka sering terlihat berkeliling dengan sepeda atau gerobak, membawa alat dan bahan untuk memperbaiki payung yang rusak.
Keberadaan tukang reparasi payung ini mencerminkan kehidupan sehari-hari masyarakat pada masa itu, di mana barang-barang sering diperbaiki daripada dibuang. Keterampilan mereka tidak hanya membantu orang untuk menghemat uang, tetapi juga mengajarkan nilai keberlanjutan dan penggunaan ulang.
Juga ada tukang patri keliling. Mereka ini terampil dalam teknik pengelasan dan penyambungan logam, bisa menggunakan berbagai jenis logam dan alat untuk menambal lubang pada panci, Â peralatan rumah tangga lainnya, memastikan peralatan masak tersebut bisa digunakan kembali dengan aman.
Tukang patri keliling sering memiliki suara khas dan panggilan yang digunakan untuk menarik perhatian orang-orang di sekitar. Mereka mungkin berteriak sambil  membunyikan alat atau benda tertentu. Bunyi ketukan ini bisa didengar dari jarak jauh
Profesi-profesi ini mungkin kini sudah punah di era modern, karena sudah tidak ada lagi yang membutuhkan mereka. Namun kisah mereka mengajarkan kita tentang pentingnya ketekunan. Meski tampak sepele, pekerjaan para tukang ini tetap memberi manfaat besar bagi orang-orang di sekitar mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H