Mohon tunggu...
Dadan Hidayat
Dadan Hidayat Mohon Tunggu... Freelancer - Travel Journalism

Situs Web Berita & Wisata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Miratku, Mantan Terindahku"

3 Juni 2020   17:27 Diperbarui: 4 Juni 2020   11:44 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dok. Seri buku saku Tempo

Singkat cerita mereka lalu berpacaran; Menonton film berdua, ada kesamaan dalam hobi mereka, Mirat suka melukis, sedangkan Chairil membuat sajak. Chairil sering mampir ke rumah Sumirat di Kebon Sirih Jakarta. Mereka mendiskusikan sajak-sajak Chairil. Sumirat, seorang perempuan yang mencoba menghayati hasil karya Chairil.

Menurut Purnawan, Sumirat sangat tertarik kepada kemaun keras Chairil yang tidak mengenal lelah. Pekerjaannya membuat sajak di mana-mana. Kertas-kertas penuh dengan tulisan tangannya.

Suatu ketika Sumirat pulang kampung ke Desa Paron di Madiun, Jawa Timur, Chairil menyusul dan sempat tinggal beberapa hari. Ayah Sumirat, RM Djojosepoetro, memberikan restunya dengan syarat Chairil memiliki pekerjaan tetap, mungkin saat itu ayahnya Mirat menolak secara halus sebab Chairil tidak punya pekerjaan tetap dengan penghasilan tak menentu, alhasil Chairil, memilih pamit untuk kembali ke Jakarta dan tidak kembali lagi.

Purnawan menulis, agaknya pertemuan dengan Chairil yang pasti tidak akan mencari muka itu semakin menyakinkan penolakan orang tua Mirat. Menurut Mirat, adik-adiknya memandang Chairil dengan sinis. “Ya, tak dapat kusalahkan” pikir Mirat. “Seorang asing tanpa pekerjaan datang untuk melamarku.”

“Anak cari kerja dulu yang baik dan tetap, nanti kita bicarakan lagi,” ujar Ayah Mirat yang sangat bisa dimaklumi oleh Mirat yang sementara itu masih berpendapat: “Tapi daya Tarik Cril benar-benar kuat dan melekat. Dia adalah idaman hatiku.”

Istri Chairil Anwar (Hapsah Wiriaredja) | Foto: buku Chairil Anwar, Hasil Karya dan Pengabdiannya karya Sri Sutjianingsih
Istri Chairil Anwar (Hapsah Wiriaredja) | Foto: buku Chairil Anwar, Hasil Karya dan Pengabdiannya karya Sri Sutjianingsih
Menurut Seno Gumira Ajidarma, Chairil pamit dengan uang saku ayah Mirat, karena memang Chairil tidak punya uang sepeser pun. Ia meninggalkan kopor berisi buku-buku dan berkas tulisan, namun hancur bersama rumah Sumirat ketika Belanda menyerang Madiun.

Setelah Chairil kembali ke Jakarta, Sumirat kemudian mendengar semua tentang Chairil; bagaimana dia menikah, punya anak, menjadi penyair besar, dan mati muda.

“Kini Cril (panggilan sayang Mirat kepada Chairil Anwar) tiada lagi. Cril, penyair yang sepanjang hidupku kukagumi dan kudambakan, sebagai seorang penyair besar dari zamannya. Dia benar, Cril membuktikan dirinya orang besar, seperti yang selalu dikatakannya kepadaku. Dia meninggalkan seorang istri dan anak perempuan. Ingin aku bisa menjumpai mereka, bagaimanapun aku pernah mengenal baik dengan almarhum.”

Sebelum meninggal Chairil pernah mengungkapkan cita-citanya yang belum tersampaikan kepada istrinya Hapsah Wiraredja. Anak semata wayangnya Chairil, Evawani mengenang dalam "Chairil Anwar Derai-derai Cemara", menulis jika umurnya panjang, Chairil Anwar ingin sekali menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Republik Indonesia.

***
Sumber: HisroriA ID | Minews | Galeri Buku Jakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun