"Mungkin itu peraturan tidak boleh menggunakan alat pendakian terbuat dari kayu kecuali track poll," tanyaku sambil menyadari kesalahan.
Lantas untuk menutupi rasa malu, saya segera menyuruh teman-teman untuk bergegas, memang saat itu hari matahari sudah berada di atas kepala.
"Ayo, kawan sudah siang ini," kata ku, sedangkan teman-teman malah asyik santai mengobrol dengan pendaki lain.
Kami pun bergegas menuju pos selanjutnya.
Terpisah di Bukit Penyesalan
Di pos 3, "Dan, duluan temani keponakan saya yang sudah duluan bersama temannya," kata Si Mamang.Si Mamang adalah orang yang mengajak saya ke Rinjani, saat itu kami merencanakan pendakian lewat jejaring media sosial hingga terkumpul 5 orang dan 7 orang lainnya kami bertemu di pelabuhan Lembar, Lombok (NTB), kemudian kami sepakat melakukan pendakian bersama.
Keponakannya itu duluan bersama temannya menuju pos 4, saya menyusul mereka berdua, sementara yang lain di belakang.
Kami ber-3 terus berjalan sampai tanjakan penyesalan. Si Mamang sudah tidak kelihatan. "Kaya nya ada yang sakit," jawab ku.
Di Bukit Penyeselan, trek nya menanjak dengan banyak akar dari pohon besar serta banyak debu.
Bukit Penyesalan memiliki beberapa bukit bayangan, kunci untuk melewati trek ini adalah kesabaran walaupun kita beranggapan sudah mencapai bukit terakhir, namun nyatanya masih ada bukit selanjutnya hingga sampai ujung di Pelawangan Sembalun, sehingga banyak orang yang bilang disebut 'Bukit Penyeselan' akan menyesal bila tidak menyelesaikan perjalanan ujung bukit penyesalan dengan pemandangan yang luar biasa.
Kami ber-3 terus berjalan. Ada porter memberitahu kami "Mamang nya sakit tuh, suruh turun lagi," kata porter yang menghampiri kami.
"Kepalang tanggung sudah hampir dekat pelawangan sembalun," jawab temanku. Pelawangan sembalun ini tempat mendirikan tenda (camping ground) untuk pendaki sebelum menuju punak Rinjani.