Seseorang membanggakan sesuatu berarti sesuatunya itu telah memberikan hal yang berharga bagi dirinya. Itulah pendidikan nonformal bagi saya segalanya karena telah memberikan bekal kompetensi profesional,karir, kepemimpinan, kematangan emosional, hingga pengalaman hidup yang tidak akan terlupakan.
Kompetensi professional
Pendidikan formal saya mulai SD sampai dengan SMA mengantarkan saya mulai memasuki wilayah pendidikan nonformal. Mulai masuk perkuliahan Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang notabene mempelajari tentang pendidikan nonformal. Meski belajar lebih banyak teoritisnya yang kadang belum tentu seperti apa realitanya. Tetapi paling tidak memberikan saya referensi yang cukup untuk mengkaji lebih mendalam tentang pendidikan nonformal melalui proses belajar berinteraksi seluas-luasnya di masyarakat dalam berbagai lapisan.
Karir
Setelah lulus dari perkuliahan Pendidikan Luar Sekolah, ditakdirkan Allah diterima sebagai aparatur pemerintah dan mulai ditempatkan di sebuah lembaga pendidikan milik pemerintah  daerah sejak tahun 1992.
Di lembaga itulah awal mula saya merasakan praktek Pendidikan Luar Sekolah yang sebenarnya melalui aktif bertugas dalam berbagai penyelenggaraan program pendidikan nonformal. Mulai dari program pelatihan, lokakarya, pembentukan kelompok belajar, penyuluhan pendidikan masyarakat, pembinaan lembaga pendidikan nonformal milik masyarakat dan beragam program insidental lainnya.
Tidak terasa sejak tahun 1992 sampai kemudian awal tahun 2022 kurang lebih 30 tahun pengabdian saya dalam melaksanakan tugas aparatur pemerintah di bidang pendidikan nonformal berakhir secara kedinasan dengan jabatan dan pangkat yang diperoleh jelang pensiun boleh disebut memuaskan untuk ukuran saya saat ini.
Entah saya yang kurang ambisi atau karena tuntutan keadaan di mana saya sejak calon aparatur sampai pensiun tetap berada di lembaga yang satu itu, tidak pernah pindah tugas sama sekali dengan tidak bosan-bosannya mengibarkan bendera pendidikan nonformal sehingga masyarakat terlayani kebutuhan pendidikannya.
Pembentukan karakter
Sikap sabar, disiplin, tekun, empati, simpati, inisiatif, jujur dan tanggungjawab merupakan karakter-karakter yang harus menjadi bagian dari pelaksanaan tugas saya di bidang pendidikan nonformal tersebut. Mengapa ? ya, karena sasaran programnya adalah masyarakat dari berbagai lapisan dengan segala karakteristiknya yang heterogen.
Ada masyarakat yang tidak sabaran, ada masyarakat yang polos, ada masyarakat yang keras kepala dan  sikap miring lainnya dalam menyikapi program pendidikan nonformal yang akan digulirkan kepada mereka yang menuntut saya dapat mengatasinya secara elegan tanpa menimbulkan ekses dimana semua pihak terlayani sesuai proporsinya.
Kepemimpinan
Paling tidak gaya kepemimpinan yang pernah dipelajari secara teori yaitu demokratis, otokratis dan laissez faire dapat diterapkan sesuai kondisinya ketika saya mengendalikan sebuah program pendidikan nonformal dan memimpin sebuah lembaga pendidikan nonformal.
Ternyata dinamika kelompok dalam sebuah komunitas atau sebuah organisasi di mana didalamnya terdapat sejumlah orang yang memiliki karakternya sendiri jika dihadapi dengan memperhatikan karakternya tersebut dapat menjadi sebuah kekuatan dan semua orang merasa dihargai yang turut memberikan kontribusi untuk kepentingan organisasi.
Kematangan emosional
Bergerak dalam dunia pendidikan nonformal ternyata menempa diri untuk menunjukkan kematangan emosional yang ini sangat berarti dalam menyelesaikan dan menuntaskan setiap penyelenggaraan program pendidikan nonformal. Â Mengedepankan akal sehat bukan kekuatan otot ketika dihadapkan pada situasi panas membara dimana ada orang yang begitu emosional terkait dengan soal program pendidikan nonformal. Prinsip mengalah untuk menang dan musyawarah untuk mufakat merupakan dua hal penting dalam menuntaskan permasalahan yang terjadi.
Pengalaman hidup
Pengalamana hidup yang dimaksudkan adalah pengalaman sukadukanya menjalani kehidupan selama berkiprah secara kedinasan dalam dunia pendidikan nonformal. Sukanya, ya saya dapat berkomunikasi/ngobrol lebih leluasa dengan berbagai masyarakat apalagi di daerah. Ngobrol tentang bagaimana keinginan mereka, harapan mereka, usulan mereka terkait pendidikan yang dapat dilayani melalui program pendidikan nonformal. Ternyata masyarakat itu ga rumit-rumit keinginannya yang pokok adalah memperoleh pendidikan yang langsung dirasakan manfaatnya untuk menopang kehidupannya.
Bukan hanya suka tetapi saya senang, ketika ada masyarakat yang dapat berperan sebagai sumber belajar dalam sebuah penyelenggaraan program pendidikan nonformal dengan mengedepankan kompetensi teknis bukan kualifikasi pendidikan semata. Jadi memanfaatkan sumber daya lokal untuk program pendidikan nonformal yang dilaksanakan di lokasi tersebut.
Dukanya, belum semua keinginan masyarakat dapat terlayani melalui program pendidikan nonformal tersebut. Belum semua masyarakat di berbagai daerah belum terjamah karena keburu habis masa tugas saya secara kedinasan.
Hanya saya meyakini, bahwa pendidikan nonformal sebuah garapan yang boleh saja ditinggalkan ketika seseorang purna tugas, akan tetapi tetap melekat dalam dirinya untuk tetap bergerak dalam dunia nyata pasca tugas melalui gagasan-gagasan tekstualnya, aksi-aksi riil lokalitnya untuk masyarakat yang membutuhkan di bidang pendidikan nonformal tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H