Era sekarang ini, beberapa orang yang katanya terpelajar ramai-ramai membuat gaduh. Ada yang gaduh soal politik, agama, ekonomi maupun budaya. Hal ini membuat masyarakat heran, bingung sekaligus prihatin. Terkesan bahwa mereka merasa lebih tahu segalanya dengan bebas tanpa batas menyampaikan eksrepsi di hadapan publik seolah-olah publik itu bodoh yang dapat diprovokasi begitu saja.
Semua kegaduhan itu didukung oleh dunia digital yang sangat mudah diakses dan dimanfaatkan mengikuti kepentingannya. Rasanya "bangga" jika aksi mereka viral dimana pundi-pundi uang mungkin dapat mereka diperoleh. Nilai moral dianggap kesekian lah, yang penting dikenal luas publik. Tidak ayal, publik pun merespon beragam. Sudah pasti ada yang pro dan kontra.
Sejatinya bangsa ini perlu tumbuh kembang secara normal yang dapat terwujud dengan tercapainya hasil-hasil pembangunan dalam berbagai bidang tanpa ekses atau ada ekses tetapi dapat dikendalikan secara baik atas dukungan semua elemen bangsa dalam mengatasi ekses tersebut. Lantas dengan adanya kegaduhan-kegaduhan tersebut apa mungkin tumbuh kembang bangsa ini dapat berjalan normal ?
Belajar dari tokoh
Barangkali kita patut ingat slogan Bung Karno tentang "JASMERAH". Jasmerah yaitu jangan sekalikali melupakan sejarah. Cobalah kita pelajari kembali bagaiman kiprah, dan alam pemikiran sejumlah tokoh di negeri ini baik tokoh politik seperti Bung karno dan Bung hatta, tokoh agama seperti para walisongo dan tokoh-tokoh di bidang lainnya. Beliau-beliau telah menunjukkan keteladanannya bagaimana hidup dalam negara plural seperti Indonesia ini.
Jasa besar mereka tidak akan dapat terbalaskan oleh kita yang hidup sekarang ini. Apa tidak malu, kita sebagai orang terpelajar yang cenderung buat gaduh ? Apa tidak malu juga dengan masyarakat di pelosok yang katanya dianggap tradisional akan tetapi mungkin memiliki sikap mengedepankan keharmonisan di komunitasnya dengan patuh tanpa kompromi terhadap aturan lokal?
Keteladanan beretorika
Kegaduhan yang terjadi bermula dari pernyataan-pernyataan yang cenderung kontroversial yang disampaikan ke publik. Ini berarti ilmu retorikanya kurang tepat direalisasikan.Â
Dalam retorika kan harus diperhatikan masalah etika dan moral sehingga apa yang disampaikan sang pembicara tidak asal tetapi dikemas dengan bahasa yang sopan, dengan kontennnya tidak menyakitkan orang lain yang mendengarnya ataupun konten yang tidak kontradiktif dengan aturan hukum yang ada..
Keteladanan menggunakan media sosial
Media sosial yang hadir dengan kedahsyatannya patut digunakan oleh pengguna dengan bijak apalagi oleh mereka yang menyandang predikat terpelajar. Sulit diterima oleh akal pikiran yang sehat andai pengguna dengan predikat terpelajar gegabah dalam memanfaatkan media sosial. Bukankah mereka lebih tahu apa yang pantas dan tidak pantas jika dibandingkan dengan orang awam yang kurang pendidikannya?