Mohon tunggu...
Moch Dadang
Moch Dadang Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Dilema Siswa Menghadapi Ujian Nasional SMA

25 April 2015   17:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:41 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis ini adalah salah satu peserta Ujian Nasioal SMA jurusan IPS tahun 2015. Disini saya ingin mengeluarkan unek-unek, bahkan menurut saya ini salah satu unek-unek siswa SMA di Indonesia. Sudah hampir dua minggu UNAS SMA sistem PBT atau hampir satu minggu untuk UNAS sistem cbt telah selesai. Tapi menurut sudut pandang saya masih  banyak PR yang harus segera diselesaikam oleh pemerintahan khususnya bapak Anies Baswedan yang selaku Bapak Menteri Pendidikan Dan Budaya.

Saya sangat mengapresiasikan inovasi pak Anies tentang pelaksanaan UNAS dengan adanya sistem CBT (Computer Based Test) dan tidak lagi menggunakan hasil UNAS untuk kelulusan siswa. Jujur hal itu dapat sedikit meringankan beban dan pikiran murid kelas 12. Namun dengan digunakan hasil UNAS untuk SNMPTN mengakibatkan peluang peluang seseorang untuk mencari jalan pintas. Bahkan sudah menjadi rahasia umum mungkin bapak Anies juga mengetahuinya, bahwa jual beli soal unas dari tahun ke tahun selalu ada bahkan seperti mejadi budaya dikalangan siswa.

Hal ni disayangkan padahal pemerintah sudah lama menjalankan Ujian Nasional tetapi masalah yang dihadapi masih sama saja walaupun perbedaan pemimpin sudah terjadi beberapa kali tetapi masalahnya tetap sama dari tahun ke tahun.  Memang hal ini tidak akan terjadi bila siswa selalu mengedapankan kejujuran. Tetapi ingat pak ? membuat jujur orang berjuta-juta itu sangat susah dan bahkan tidak mungkin menurut saya.

Saya tidak mengetahui kenapa pemerintah tidak mencoba sistem unas dibuat seperti SBMPTN didalamnya jauh lebih bersih daripada unas. Hal ini dikarenakan teman atau bisa disebut juga musuh yang didalam ruangan tersebut tidak saling mengenal satu sama lain. Sehingga siswa seolah-olah dipaksa mengerjakan jujur dan pemerintah dengan mudah  mengetahui mana saja sekolah yang menciptakan murid yang jujur berprestasi atau sekolah yang menciptakan siswa terpaksa jujur saja. Apapun hasilnya itu dikerjakan dengan jujur dan hal ini dapat menjadi tolak ukur seberapa tingkat pendidikan di Indonesia. Tetapi tentu saja hal ini harus dilakukan transparan karena menyangkut hasil belajar orang banyak.

Selain sering bocornya soal atau kunci jawaban Ujian Nasional saya pribadi menyoroti kurang transparannya hasil ujian nasional. Pemerintah tidak pernah (atau mungkin tidak berani?) menerbitkan atau memberi tahu kesalahan-kesalahan murid dalam mengerjakan ujian nasional. Sehingga seolah-olah pemerintahan mengajarkan siswa-siswanya memperdulikan hasil tanpa mengetahui salahnya. Memang sebagian orang menganggap hal ini sepele, tetapi menurut saya hal ini bisa mengakibatkan kesalahan fatal. Seperti yang saya hadapi, saya sering menemukan soal (kebetulan soal sosiologi) antara sudut pandang guru bimbel dengan guru, dan antara buku satu dengan buku yang lain berbeda. Sehingga mengakibatkan dilema terhadap murid yang mengalami kenjadian seperti itu

Di akhir tulisan saya ini saya berharap ada perubahan yang mengakibatkan pendidikan di negeri ini lebih maju dari saat ini. Saya tidak bilang bahwa pendidikan saat ini tidak maju tetapi saya mengherharap pendidikan lebih maju daripada saat ini. Selain itu saya menulis ini  tidak ada niat sedikitpun untuk  menjelekkan ataupun menyudutkan pihak manapun. Saya menulis tulisan ini dengan tujuan untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia walaupun dengan kata atau kalimat yang banyak mengalami kesalahan EYD. Apalagi saya siswa biasa yang tidak pernah mendapatkan nilai sempurna di mapel bahasa indonesia. Terimakasih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun