Mohon tunggu...
Dadang Maulana Luthfi
Dadang Maulana Luthfi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pemula, Suka Menulis, kadang lupa izin jadi saya cantumin aja sumber di bawah gambarnya ya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bagaimana Jika Air Laut Berhasil Dikuras oleh Manusia?

1 Agustus 2021   11:30 Diperbarui: 1 Agustus 2021   12:06 1896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita semua tau di bumi ini, laut adalah hal yang sangat penting. Tapi pernah ga sih kalian mikir? Pasti gapernah ya? hihi bercanda, pernah ngga sih mikir gimana jika manusia bisa nguras air laut yang ada di bumi ini? Entah itu dengan alasan yang masuk akal atau karena gabut aja. 

Hmm butuh waktu berapa lama untuk menguras laut?  Dan apa yang bakal terjadi setelahnya? Mari kita coba ehh mari kita bahas (tetep nada sisca kohl).

Mungkin terdengar mengada-ngada, namun nyatanya kegiatan menguras air itu nyata loh. Hal ini sudah dilakukan oleh negara asal Robin Van Persie, yak betul Selandia Baru. Ya bukan dongg, negara Belanda.  Negara kincir angin Belanda sudah sukses sejak lama melakukan pengeringan laut. 

Sejak 1800-an Belanda membatasi daerah yang berbatasan dengan laut dengan pematang raksasa. Jadi idenya ialah tanah rendah dibentengi dengan bukit pasir buatan sehingga air laut tidak masuk ke daratan. Pertama-tama dilakukan pada daerah Belanda utara, di mana bukit pematang tadi ditanami juga tumbuhan agar lebih tahan terhadap ombak dan air. Air yang masih terperangkap di daratan kemudian dikuras sehingga lama kelamaan semakin luas darat Belanda. 

Salah satu arsitek saat sidang PBB pernah mencetuskan ide untuk menguras laut Mediterania, agar bisa jadi hunian baru manusia. Jika hal itu terjadi, maka akan ada daratan baru yang luasnya diperkirakan melebihi negara Perancis. Nah, kan kalau dua contoh tadi adalah pengurasan beberapa air yang ada di lautan. Nah bagaimana jika semua air laut di bumi ini dikuras? 

Pertama-tama kita harus cari cara bagaimana kita bisa nguras air laut. Apakah bisa menggunakan gayung berbentuk love berwarna pink? Tentu saja bisa. Bisa meninggaaalllllllll. Tentunya kita butuh yang lebih besar atau kuat dari itu dong. Kalau kita bikin kolam renang seukuran kolam renang di olimpiade, mungkin dibutuhkan lebih dari satu miliar kolam untuk menampung semua air yang ada di lautan. 

Dan waktu yang kita butuhkan akan sangat lama, bisa puluhan tahun atau berabad-abad lamanya. Tapi bagaimana jika kita bisa menguras air dalam waktu hitungan menit?

(tribbunnews.com)
(tribbunnews.com)

Mari kita berimajinasi, bagaimana kalau kita punya teknologi pompa yang sangat kuat untuk menguras lautan hanya dalam hitungan menit? Pasti akan jadi penemuan terkeren setelah penemuan gagang pintu. Namun tentu saja penemuan ini akan berbahaya jika sampai benar benar ditemukan, karena jika sampai ditemukan dan dipakai ke lautan, kegiatan yang ada di permukaan laut akan merasakan efeknya. 

Dari orang yang berenang, penumpang kapal, poppeye si pelaut, sampai masyarakat bikini bottom akan secara cepat merasakan efeknya. Dalam hitungan detik, orang orang yang sedang berenang di laut akan jatuh secara cepat ke dasar laut dengan beberapa tulang patah.

Hal yang sama juga akan terjadi dengan sesuatu yang ada di permukaan laut. Seperti kapal pesiar yang kokoh, apakah itu akan bertahan? Oh tidak, kapal pesiar akan jatuh secara cepat dalam waktu hitungan detik saja. Sebelum hancur berkeping-keping (seperti hatiku yang kau campakkan). Terus bagaimana dengan binatang yang ada di laut? Bagi hewan kecil kecil mungkin mereka akan terhisap oleh pompa kita tadi. Bagi hewan besar seperti paus dan hiu, mereka semua akan jatuh ke lantai dasar laut, dan mati.

Hal yang terjadi setelah air laut hilang adalah masalah yang sesungguhnya. Laut kita punya dua fungsi penting dalam kehidupan. Pertama - mereka mengatur suhu global dengan menyerap energi dari matahari. Mereka mendorong perairan tropis yang hangat ke utara dan selatan, dan mengalirkan air dingin kembali ke ekuator. Dengan cara ini tidak ada tempat di Bumi yang terlalu panas atau terlalu dingin. 

Ya simpelnya disebut Kontrol iklim global. Kedua, laut adalah sumber utama dari sirkulasi air hujan. Air laut menguap ke awan dan di awan akan diproses menjadi hujan, lalu hujan membasahi bumi. Gitu aja terus prosesnya sampe keadilan di Indonesia bisa berdiri tegak.

Saat lautan menghilang, Bumi akan berubah menjadi gurun yang luas. Cukup luas untuk menampung aspirasi masyarakat Republik Irlandia. Ini saat yang tepat untuk membuang payung kita, karena tidak akan pernah ada hujan lagi. Mungkin pabrik payung akan bangkrut dan mungkin petinggi pabrik payung akan berpikir "hmm sepertinya usaha menyediakan pasir untuk poop kucing akan menguntungkan"

Hmm pasti kalian pada mikir, terus gimana sama danau dan sungai? Apakah kita bisa hidup dari situ? Nah, tanpa lautan, dunia kehilangan 97% airnya. Sejumlah kecil air yang tersisa tidak akan cukup untuk mempertahankan siklus air. Kolam kolam air akan menguap dengan cepat. Dalam hitungan hari, manusia dan sebagian besar hewan akan mati karena dehidrasi.

Tanaman akan memiliki beberapa minggu sebelum mereka mulai membusuk di udara kering. Dalam beberapa bulan, hutan akan mati. Dan semua vegetasi kering dan mati ini pada akhirnya akan terbakar. Mungkin dalam setahun, sebagian besar hutan yang ada di bumi ini akan terbakar dengan sendirinya.

Saat api sedang berkobar di seluruh planet ini, maka atmosfer akan sangat kekurangan oksigen. Jika masih ada manusia pada saat itu, udaranya tidak akan dapat dihirup dan suhu yang panas akan memusnahkan kita untuk selamanya. Secara keseluruhan, Bumi akan berakhir seperti Venus. Terbakar secara well cooked.

Kesimpulannya adalah mengapa kita tidak mengambil libur beberapa hari dan menikmati sedikit liburan di tepi pantai selagi bisa?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun