Mohon tunggu...
Dadang Darmansyah
Dadang Darmansyah Mohon Tunggu... Lainnya - ASN di Badan Pusat Statistik

Lahir di kaki Gunung Ciremai Kabupaten Kuningan, saat ini ASN di Badan Pusat Statistik Kabupaten Ciamis, penyuka olahraga dan kuliner

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pesona Bordir Khas Tasikmalaya yang Mendunia

25 Oktober 2020   15:57 Diperbarui: 27 Oktober 2020   17:35 933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota Tasikmalaya tidak hanya dikenal sebagai Kota Santri karena banyaknya pesantren di Kota ini. Namun Kota Tasikmalaya juga dikenal sebagai Kota Pusat Kerajinan. Hal ini seiring perkembangan industri kreatif di Kota Tasikmalaya. Banyak ragam kerajinan yang terdapat Kota Tasikmalaya. 

Saat ini selain batik, kelom geulis dan payung geulis, industri kerajinan bordir berkembang pesat dan menjadi produk unggulan Kota Tasikmalaya. 

Perkembangan industri kerajinan bordir ini sangat berperan dalam meningkatkan perekonomian Kota Tasikmalaya. Bordir khas Tasikmalaya telah menjadi pelengkap khazanah kekayaan industri kreatif di nusantara.

Industri kerajinan merupakan salah satu penopang pertumbuhan ekonomi di Kota Tasikmalaya khususnya sektor industri pengolahan. Berdasarkan pendekatan nilai produksi, Industri Pengolahan merupakan kategori lapangan usaha  tertinggi ketiga di Kota Tasikmalaya setelah Perdagangan dan Konstruksi. 

Data BPS tahun 2019 menyebutkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Lapangan Usaha Kota Tasikmalaya didominasi oleh Perdagangan dengan 22,76 persen. 

Di urutan kedua Konstruksi dengan 15,97 persen dan di urutan ketiga industri pengolahan sebesar 14,19 persen. Nilai PDRB atas dasar harga berlaku kategori lapangan usaha industri pengolahan Kota Tasikmalaya mencapai lebih dari Rp. 3,000 trilyun.

Perkembangan industri kreatif ini diperkuat juga dengan adanya Undang-Undang Nomor 24 tahun 2019 tentang Ekonomi Kreatif. Undang-undang ini bertujuan untuk mengoptimalkan kreativitas sumber daya manusia yang berbasis warisan budaya, ilmu pengetahuan  dan/atau teknologi. 

Pengelolaan Ekonomi Kreatif dan potensinya perlu dilakukan secara secara sistematis, terstruktur dan berkelanjutan. Melalui pengembangan Ekosistem Ekonomi Kreatif yang memberikan nilai tambah pada produk Ekonomi Kreatif yang berdaya saing tinggi, mudah diakses dan terlindungi secara hukum.

Membaca catatan sejarah masuknya kerajinan bordir di Tasikmalaya tidak lepas dari peran sosok hj. Umayah. Seorang penduduk asli Kota Tasikmalaya yang memiliki pengalaman bekerja di perusahaan Amerika Serikat “Singer” yang ada di Indonesia saat itu. 

Sejak tahun 1925, berbekal keahliannya selama bekerja di perusahaan tersebut beliau mulai membuka usaha kecil membuat kerajinan bordir di Kelurahan Tanjung Kecamatan Kawalu di mana dia tinggal.  

Beliau membagi keahliannya kepada kerabat dan penduduk sekitar. Atas kegigihannya membina pengrajin lainnya usaha bordirnya berkembang pesat. Seiring peningkatan skala pesanan bordir dari berbagai tempat. Tidak hanya dari Tasikmalaya termasuk dari luar Tasikmalaya.

Tingginya tingkat kreatifitas warga Kota Tasikmalaya membuat kerajinan bordir ini terus berkembang dan berinovasi dalam beragam produk serta motif sehingga menarik minat konsumen yang lebih luas. Kini produk bordir khas Tasikmalaya semakin bervariatif dan kaya. 

Julukan Kota Santri yang dikenal relijius mampu mewarnai kreasi produk kerajinan bordir yang bernuansa Islami seperti gamis, baju koko, mukena hingga kopiah haji. 

Untuk memenuhi kebutuhan pasar konsumen yang semakin variatif muncul juga produk kerajinan bordir berupa kebaya, tunik, selendang, blues, rok, seprei, sarung bantal dan taplak meja. Namun demikian di setiap produk yang dihasilkan selalu ada corak khas bordir Tasikmalaya. Motif atau corak Sukapura merupakan motif asli bordir khas Tasikmalaya. Motif yang mengindentikan flora dengan warna yang cerah.

Industri kerajinan bordir memiliki daya serap tenaga kerja yang cukup tinggi khususnya tenaga kerja perempuan. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tasikmalaya menyebutkan setidaknya ada sekitar 14.097 pekerja yang mencari nafkah di industri ini. 

Sementara banyaknya usaha kerajinan bordir berjumlah 1.407 usaha dengan nilai total produksi mencapai lebih dari Rp. 1,067 trilyun (Data tahun 2018). 

Daerah yang menjadi sentra industri bordir berada di Kecamatan Kawalu, Kecamatan Mangkubumi, Kecamatan Cipedes, Kecamatan Cihideng, Kecamatan Indihiang, Kecamatan Tawang dan Kecamatan Cibeureum. Bahan baku yang mudah didapat menyebabkan industri ini terus berkembang. Tidak seperti industri kelom dan payung geulis yang membutuhkan bahan baku kayu mahoni yang berasal dari alam yang butuh proses lama.

bordir | washingfactory.com
bordir | washingfactory.com

Perkembangan industri kreatif bordir mendapat dukungan dari pemerintah setempat khususnya dalam pemasaran produk. Untuk menjaring pasar konsumen yang lebih luas para pengusaha bordir memiliki pusat penjualan bordir khas Tasikmalaya di berbagai kota besar. 

Di antaranya Pasar Tanah Abang Jakarta, Pasar Baru Bandung, Pasar Tegal Gubuk Cirebon, Pasar Turi Surabaya, Pasar Klewer Solo, Yogyakarta, Bali, Lombok dan kota-kota besar lainnya.   

Selain pasar nasional bordir khas Tasikmalaya juga mencapai pasar internasional. Di antaranya diekspor ke Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Arab Saudi dan negara lainnya. 

Perbankan pemerintah maupun swasta di Kota Tasikmalaya juga memiliki peran dalam pembiayaan Kredit Modal Kerja khususnya di sektor industri pengolahan. Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan setidaknya rata-rata lebih dari 747 milyar pembiayaan setiap bulan di tahun 2020 yang dikeluarkan perbankan untuk sektor ekonomi industri pengolahan.

Keberadaan pusat-pusat kerajinan di Kota Tasikmalaya khususnya kerajinan bordir menjadi salah satu daya tarik para wisatawan untuk berkunjung ke Kota Tasikmalaya. Hal ini sejalan dengan fokus pemerintah dalam mengembangkan kepariwisataan nasional melalui pengembangan industri kreatif. 

Apalagi didukung oleh keberadaan fasilitas sebanyak 10 hotel berbintang dan 25 hotel non bintang sebagai jasa akomodasi untuk para wisatawan. Termasuk  berbagai spot wisata kuliner yang tersebar di Kota Tasikmalaya mampu memanjakan para pengunjung di kota ini. 

Berdasarkan data dari Dinas Kepemudaan, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tasikmalaya pada tahun 2019 jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kota Tasikmalaya sebanyak 124 orang pengunjung. Sedangkan wisatawan nusantara rata-rata sebanyak 695 ribu orang pengunjung. Fakta ini akan menjadi pendorong pemasukan pendapatan daerah Kota Tasikmalaya.

Melihat potensi yang ada, usaha kerajinan bordir Kota Tasikmalaya semakin potensial untuk dikembangkan di masa depan. Peningkatan kapasitas para pelaku usaha di era industri 4.0 sangat diperlukan. Mereka harus berkompetisi di tengah persaingan pasar bebas dan gempuran produk impor yang lebih murah. 

Kondisi ini akan menjadi tantangan berat bagi para pelaku usaha industri kerajinan lokal. Pengaruh teknologi mengubah pola produksi para pelaku usaha bordir. Jika dahulu sebagian besar bordir di Tasikmalaya masih menggunakan tangan, saat ini sudah banyak tergantikan dengan mesin. 

Penghematan biaya produksi pun terjadi dan para pelaku usaha bisa menjual produknya dengan harga yang lebih murah dengan kualitas tidak kalah dengan produk bordir tangan. Meskipun demikian hal ini tidak cukup menjamin  produk lokal mampu bersaing dengan produk impor atau produk lokal sejenis.

Inovasi dilakukan tidak hanya dari sisi penggunaan teknologi, juga  inovasi metoda pemasaran dengan menggunakan sistem e-commerse atau online. 

Sistem ini akan mampu menjangkau pasar yang lebih luas, tidak hanya dari konsumen lokal namun dapat menarik konsumen dari berbagai daerah tanpa batas wilayah domestik bahkan mancanegara. 

Pembentukan kelompok komunitas para pengusaha dan pecinta bordir sangat berguna sekali sebagai wadah pengembangan usaha. Pegiat komunitas usaha bordir mampu memetakan apa yang diinginkan pasar konsumen bordir.

Pemerintah Kota harus berperan mengangkat bordir khas Kota Tasikmalaya menjadi go internasional dan menjadi ikon Kota Tasikmalaya. Salah satu peran yang dapat dilakukan di antaranya pembangunan sarana dan prasarana seperti jalan, pasar produk-produk unggulan, taman kota dan sarana pendukung lainnya.

Kegiatan pameran dapat dilakukan sebagai ajang mendekatkan para pelaku usaha dan konsumen yang difasilitasi pemerintah setempat. Para pengusaha kerajinan berkesempatan mempromosikan produk kreatifnya kepada masyarakat. 

Warga masyarakat dan konsumen memiliki keuntungan mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang produk kerajinan unggulan daerahnya. Berbagai Produk bordir bisa tampil dalam ajang pameran tersebut  bersanding dengan produk lainnya seperti batik, kelom geulis, payung geulis, aksesori produk kerajinan lainnya.

Pemerintah juga perlu menyediakan pasar rakyat yang memberi ruang bagi para pedagang bordir membuka lapaknya. Tentunya dengan lokasi yang strategis, mudah dijangkau, tata kelola yang baik dan menarik. Memungkinkan para wisatawan baik lokal maupun dari berbagai daerah bisa dengan mudah mengakses tempat tersebut dan nyaman untuk berbelanja. 

Pemerintah juga perlu mendorong geliat usaha bordir dengan mengeluarkan kebijakan yang menjamin kemudahan proses perijinan usaha. Kemudahan akses pengurusan ijin usaha  dapat mendorong iklim investasi yang baik bagi para pengusaha. 

Di masa depan bukan tidak mungkin Kota Tasikmalaya sebagai kota pertumbuhan akan menjelma menjadi kekuatan ekonomi baru di Jawa Barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun