Dari runtutan peristiwa-peristiwa yang telah menjadi catatan dalam sejarah perjalanan bangsa ini, dapat ditarik satu benang merah, yaitu masing-masing peristiwa mempunyai satu tujuan, istilah jalanannya satu agenda, yang hendak dicapai. Itulah yang disebut MUSUH BERSAMA. Istilah ini tercetus dari hasil Diskusi Mingguan HMI Korkom Unisba kala penulis masih berstatus mahasiswa dan ternyata masih nyambung sampai kini.
Adanya satu musuh bersama menyebabkan para pemuda yang tenggelam dalam aktivitas keseharian mereka bangkit, bersatu membentuk kelompok, dan bergerak untuk melawan musuh bersama tadi. Setelah berhasil mengalahkan sang musuh bersama, mereka pun kembali tenggelam dengan setiap aktivitasnya yang, tentu saja, sesuai dengan kehidupanzaman mereka untuk kembali bangkit begitu musuh bersama timbul.
Permasalahan timbul ketika masing-masing kelompok masyarakat, kelompok kepentingan, mempunyai satu musuh bersama sendiri. Hal ini yang menyebabkan timbulnya benturan kepentingan diantara komponen masyarakat dandisetiap benturan tadi, pemudalah yang berdiri di garda depan.
Sejarah perjalanan dunia telah membuktikan bagaimana “musuh bersama" menjadi senjata andalan yang ampuh untuk mencapai tujuan suatu rezim pemerintahan. Banyak contohnya, yaitu:
- Negeri Para Mullah, Republik Islam Iran, mempunyai musuh bersama, yaitu Si setan besar, Uwak Sam.
- Masyarakat Uwak Sam bangkit jiwa nasionalisnya ketika Om Bush mengajak untuk melawan teroris dengan menghalalkan segala cara.
- Orde lama dengan Anti Neokolonial-nya.
- Sedangkan Soeharto mencap orang-orang yang tidak sepaham dengan gelar Komunis.
Sekarang apa yang harus dilakukan oleh Pemerintahan EsBeYe? EsBeYe harus menciptakan satu musuh bersama agar masyarakat Indonesia kembali bersatu. Bukannya, seperti saat ini, malah menjadi “musuh bersama” bagi kalangan muda Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H