Backpackeran ke Bali di Kala Pandemi by mdadangkurnia - Well, journey ini merupakan salah satu yang gak terlupakan dalam hidup gue.Â
Meskipun ada beberapa life journey seru gue lainnya, seperti ke Singapore tanpa membawa uang sepeserpun, backpackeran sendirian ke Bali dari Jogja, hingga merantau ke Jakarta hanya bermodalkan 200.000 saja diawal.
Di bulan oktober 2020, dengan spirit nothing to lose dan modal seadanya, gue dan seorang teman memberanikan diri merantau ke Bali, kembali backpackeran naik kereta api dari Jogja, 14 jam lamanya, itupun baru sampai di Pelabuhan penyeberangan Banyuwangi.Â
Sebelum perjalanan dilanjutkan naik bus kearah Denpasar, 5 jam lamanya. Yang kalau di total, perjalanan backpackeran Jogja-Bali ini memakan waktu kurang lebih 22 jam lamanya.
Gue bilang ini journey yang gak terlupakan, karena memang bener-bener berangkat dari Jogja secara random tanpa tujuan yang jelas, pure backpackeran.Â
Tapi gue beruntung dikarenakan pada saat itu Kementerian Pariwisata sedang mengadakan program Trip We Love Bali, program jalan-jalan Gratis khusus rakyat Indonesia yang tujuannya adalah mempromosikan Protokol CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Enviromental Sustainability) dan mengkampanyekan program *say the magic world* 3M (Memakai masker, Mencuci Tangan, Menjaga Jarak).
Kerennya lagi, gue kebagian trip ke Karangasem, dimana ini merupakan Kabupaten paling Timur Pulau Dewata, yang nggak se-hype Kuta, Jimbaran, Canggu, dan Ubud. I was very lucky because kalau gue nge trip dengan budget sendiri, belum tentu gue sempetin untuk melipir ke Karangasem which is ini perjalanannya jauuhh bangeettt.
Berikut ini adalah titik-titik yang Kami kunjungi di hari pertama:
Foto sebelum PerjalananÂ
Pura Besakih
Lunch at Lereng Agung Restaurant
Lunch at Lereng Agung Restaurant
Bukit Pemukuran
Kebun Salak Sibetan
Lumayan kann, dalam one day trip aja udah sebanyak ituu spot yang dikunjungi wkwkwkkw. I love you so muuchh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia wkwkwkkw.
Memasuki hari ke-2, trip hari ini diawali dengan sepedaan menyusuri Desa Sibetan, dengan dominasi persawahan dan Gunung Agung yang terlihat di kejauhan. Trek sepedaan ini juga masuk ke tengah-tengah persawahan, melewati jembatan dan sungai mengakir dengan air yang sangat jernih, jalan naik turun yang bikin otot paha keram, serta senyum manis warga sekitar yang menyapa dengan ramah. Komplit sudah.
Istana Air Tirta Gangga
Selepas dari Tirta Gangga, Istana selanjutnya yang kami kunjungi adalah Taman Ujung, yang letaknya benar-benar diujung Timur Pulau Dewata, dan Selat Lombok bisa terlihat dari kejauhan. Duluu, Taman Ujung ini merupakan Tempat Peristirahatan Para Raja Karangasem, dan terdapat sebuah tangga menuju keatas, untuk melihat suasana disekitar Taman Ujung ini, Selat Lombok, serta Gunung Agung juga terlihat sangat jelas jika cuaca cerah.
Sorenya, Kami melipir sebentar ke Virgin Beach, pantai yang pernah masuk 3 besar pantai terbersih di dunia versi Majalah Travel Leisure. Perjalanan ke Virgin Beach ini naik turun perbukitan Karangasem dengan view yang epic memanjakan mata. Setibanya di Virgin Beach, pasir putih serta air yang biru jernih menyambut dengan gelombang yang nggak terlalu garang.
Malam itu Kami mendapatkan jatah nginep Ashyana Candidasa, sebagian grup menginap di Puri Bagus Candidasa. Candidasa? Amlapura? Wow, ini benar-benar daerah yang diluar dugaan, selama ini hanya bisa lihat foto-foto kerennya di Instagram, ataupun melihat di televisi kampungnya Luna Maya ini.
Lagu Kemesraan by Iwan Falls menutup Gala Dinner kami malam itu di Ashyana Candidasa.
Last day, setelah olahraga pagi serta berendam di tepi pantai di Ashyana Candidasa ini, Kami melanjutkan perjalanan ke Desa Tenganan, sebuah Desa di tengah-tengah perbukitan Karangasem, yang hingga saat ini masih terjaga nilai-nilai budayanya, masih original. Kami disambut local guide yang tentunya pemuda asli Desa Tenganan, dan ia menjelaskan dengan sangat detail tentang sejarah Desa ini, karakteristik warga Desa nya, hingga nilai-nilai luhur yang masih mereka pegang sampai saat ini.
Mayoritas aktivitas dari warganya adalah pengrajin kain tenun, dan tak sedikit pula yang menjadi pembuat patung. Berkunjung ke Desa Tenganan ini benar-benar seperti kembali ke masa lalu, ke zaman nenek ketika masih muda. Halaah
Di Pura ini juga terdapat Goa Kelelawar (Goa Lawah) yang siang itu sedang sibuk hilir mudik sana sini malang melintang sambil berteriak lantang.
Perjalanan ditutup dengan lunch di salah satu restaurant yang nggak jauh dari Goa Lawah ini. Thank u Karangasem, you give unforgettable moment.Â
And I am promise to you I'll be back, karena ada bererapa spot yang belum gue kunjungi di daerah Karangasem ini, yang tentunya masuk ke bucketlist gue selanjutnya, yaitu Snorkeling di Pantai Amed, foto di savanna Tianyar dengan background Gunung Agung, ataupun melipir ke Pelabuhan Padang Bai, untuk menyeberang ke Lombok. Hehe
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H