Mohon tunggu...
Muhammad Dadang Kurnia
Muhammad Dadang Kurnia Mohon Tunggu... Freelancer - Digital Nomad & Marketer

A Digital Nomad who passionate in Marketing and Writing.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Petualangan Menjelajahi Pulau Jawa dan Bali Modal Ceban alias 10.000 Rupiah

26 Desember 2019   16:07 Diperbarui: 26 Desember 2019   17:32 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ga nyangka, sebuah perenungan liar gue di Surabaya, diperjalanan menuju Bandara Juanda, duduk dibelakang Babang Gojek nan tamvan, bener-bener gue eksekusi. Saat itu gue merenungkan untuk challenge diri gue explore lebih jauh, pergi ke daerah yang belum pernah gue injak sebelumnya, ketemu dan sharing dengan orang-orang baru, serta belajar banyak hal baru dan berguru dengan sebaik-baiknya guru, pengalaman.

Kamis malam, dimalam jumat itu, gue mulai menyusun rencana. Dengan sisa uang 20.000 ribu didompet, dan nggak sampai 40.000 di kelima atm yang gue miliki, akhirnya gue memasang tekad, untuk pergi nekat, menjelajahi Pulau Jawa hingga Bali.

Gue mulai menemukan jalan, ketika nggak sengaja gue message Om gue yang di Puri Kembangan Jakbar, yang mengatakan dia akan pulang ke Cimahi keesokan harinya, dan gue langsung menawarkan diri untuk nebeng dengan alibi ingin nemenin Om tersebut dijalan, meskipun diperjalanan gue lebih banyak tidurnya.

Kembali ke penyusunan planning gue malam itu, dengan uang 20.000, setidaknya gue bisa bayar ongkos kereta commuter line sebelum lanjut gojek ke kantornya dideket Puri Kembangan. Namun tiba-tiba, datang seorang sahabat lama gue ke kamar, dan langsung to the point buat minjam uang gue untuk makan malam, dengan rasa iba dan jujur gue katakan, gue cuma punya 20.000 ditangan dan bisa bantu dia cuma 10.000 buat makan malam. Tawaran tersebut langsung diambilnya dan tinggallah 10.000 rupiah alias ceban uang ditangan gue malam itu.

Gue mulai mencari cara, membongkar kantong-kantong tas, baju, jaket, celana, mengumpulkan uang recehan yang mungkin tersisa. Dan jawabannya ada diatas lemari, gue akhirnya bisa mengumpulkan uang recehan 100, 200, serta 500 rupiah yang akhirnya menyelematkan gue untuk membayar kereta api dan gojek keesokan harinya.

Setibanya di Puri, kantor Om gue, kita langsung jalan menuju masjid untuk jumatan, sisa uang recehan dikantong langsung gue alihkan ke kotak infaq sehingga seketika uang dikantong gue kosong dan ga ada pegangan sama sekali diperjalanan menuju Cimahi.

Setibanya di Cimahi malam harinya, Alhamdulillah gue beruntung dapet makan gratis dirumah Tante Ucu, istrinya Om gue dan adik kandungnya Papa, sehingga gue hanya berpikir untuk keesokan harinya harus gimana untuk melanjutkan perjalan. Menjelang tidur, gue melamun, nggak sampai 5 menit, gue ketiduran.

Esok paginya, gue mulai memutar otak, bagaimana caranya agar bisa melanjutkan perjalanan dari Bandung menuju, Jogja, sebelum berpetualang panjang ke Pulau Dewata. Gue baru ingat, bahwa sisa uang project gue di Surabaya masih ada yang belum dibayar, untung gue terbiasa membuat laporan tagihan hutang piutang di note hp gue, sehingga gue langsung meminta tagihan sisa uang pembayaran tersebut.

Alhamdulillah, keajaiban itu selalu ada. Setelah uang tersebut cair dan ditransfer ke rekening, gue langsung pamit dari rumah om dan tante gue yang di Cimahi tersebut, menggunakan gojek menuju Bandung untuk mampir sejenak ke kost sahabat gue yayat, sekedar bersilaturahmi dan berbagi cerita.

Disana, gue iseng-iseng untuk message Pakde gue, salah seorang owner tour travel dari Cilacap, hanya sekedar menanyakan kabar. Pucuk dicinta rezeki selanjutnya tiba, ternyata Pakde gue tersebut sedang di Bandung, mengantarkan anak bungsunya untuk kuliah di Unikom. Sore harinya gue langsung menuju hotel ia menginap di jalan Dago.

Pakde gue ini merupakan salah satu pengusaha favorit gue, dari lingkaran terdekat. Setiap ketemu dengan dia, gue selalu dapet insight baru tentang wirausaha, dan ilmunya pelan-pelan gue praktekkin untuk pengembangan diri gue. Disisi Pakde, gue juga anak muda yang ia sukai karna sudah berani bertekad untuk menjadi pengusaha, meskipun dengan modal seadanya, sebagai anak daerah yang merantau, tanpa pengalaman kerja yang cukup, apalagi privilege alias hak istimewa sebagai anak keturunan sultan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun