Ke Jakarta Aku kan Kembali - Gue beruntung, meskipun gue hidup kismin, kismin banget, like a beggar or gembel, tapi gue masih bisa melompat kemana-mana, bahkan hampir semuanya tanpa uang, atau sedikit mengeluarkan uang, gak banyak kayak fans atta halilintar, temen gue sesama Anak Dumai.
Setelah tiba di Jakarta hanya dengan 100rb sisa uang ditangan, gue langsung naik damri pasar minggu, lanjut ke lenteng agung menggunakan kereta. Sesampainya di lenteng, gue lanjut lagi jalan kaki sekitar 500 meter kedalam dengan menopang tas berat didepan dan belakang ala backpacker.
Gue mulai memikirkan cara, bagaimana selanjutnya melanjutkan hidup. Nggak sampai 5 menit, gue langsung ketiduran, kecapean. Esok paginya, di hari jumat, sekitar pukul 10.00, gue baru inget bahwa besok, hari sabtu. Maksudnya, besok hari sabtu ada undangan nikahan sepupu gue di Bandung, dan gue beruntung karna Om gue yang di Puri Kembangan, Jakbar, akan pulang ke Cimahi ba'da jumatan.
Akhirnya gue memutuskan untuk nebeng Om gue menuju Cimahi siang itu. Gue sempat dipercaya nyetir mobilnya di kawasan macet Bekasi-Cikarang, namun dikarenakan hampir tabrakan, kepercayaan tersebut kembali hilang, Om gue langsung mengambil alih posisi driver.
5 jam waktu yang kami perlukan untuk landing di Cimahitz. Setibanya dirumah Om tersebut, gue ketemu Tante Ucu, istrinya, adik kandung Papa yang paling bungsu. Setelah dijamu makan malam, gue lanjut tidur ditemenin Cimahi yang dingin pisan, dan harus bangun jam 4 shubuh untuk menjemput adik gue yang juga tiba dari Jogja menuju Cimahi, dan Papa yang juga menyusul ke Cimahi dari Soetta malam itu.
Esok paginya kita bareng-bareng menuju Novotel Bandung di pesta nikahan sepupu gue tersebut.
![Sepupu gw nikah sama bule dong ((BANGGA)) | dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/12/25/1500781454931-5e031909097f36288b1cc902.jpeg?t=o&v=770)
Gue beruntung Papa menitipkan sedikit uang sehingga gue bisa melanjutkan hidup seminggu kedepan, sebelum keajaiban-keajaiban selanjutnya datang tanpa terduga. After one week, gue kembali kismin, tanpa sedikitpun uang di kantong.
Gue mulai meminjam kepada teman-teman terdekat untuk melanjutkan hidup, mulai dari meminjam ceban buat makan siang, dan gue janji balikin uang temen gue tersebut malam harinya, dengan alasan uang gue di atm, males ngambilnya, padahal ga ada isinya.
Di gap antara siang dan malam tersebut, gue mulai kontak beberapa list teman yang menurut gue pegang uang 'lebih', buat bayar hutang makan siang ke teman gue yang tadi dan melanjutkan hidup at least seminggu kedepan. Alhamdulillah cairr..
Seminggu setelahnya, saat keuangan mulai menipis, gue mulai kehabisan cara. Selang 5 menit, gue dapet solusinya. Salah seorang bos gue bekerja dulu menawarkan project singkat di Pekanbaru, daerah yang gue kuasai secara lapangan, sehingga gue nggak menolak project tersebut. Caiirr...
Gue akhirnya bisa membayar hutang ke temen gue sebelumnya, dan bisa melanjutkan hidup hingga dua minggu setelahnya. Disini sih sebenarnya gue bukan males-malesan nggak bekerja, malah disini waktu gue sebagian besar dipakai untuk bekerja didepan laptop, belajar dan praktek digital marketing, membuat blog, ngedit video untuk diposting di Youtube (which is saat itu lagi gurih karna gampang dapetin uang), dan belajar photo editing serta copywriting untuk membuat konten promosi yang bagus di social media.
Tapii, yang namanya belajar otodidak, tanpa mentor, kita bakal ngelewatin yang namanya Trial Error, bahkan Will Smith dalam film-nya Pursuit of Happiness bilang step pertama itu adalah Being Stupid, dan itu memang bener dan gue rasain saat-saat menjadi bego dengan menginvestasikan banyak waktu bekerja keras, bisa dibilang hampir tanpa hasil, sementara dapur harus tetap ngepul, hari ini gue harus tetap berjuang untuk makan.
After two weeks, dengan tabungan yang mulai menipis, saat gue hampir menangis, keajaiban selanjutnya datang juga. Dikarenakan gue sedikit jago dalam hal lapangan, survey, dan report yang 'agak rapi', gue dapet tawaran project survey ke Semarang, lumayaan hasilnya buat dapur ngepul 2 minggu kedepan dan gue bisa fokus ngembangin skill dan passion gue, sang idealis.
![Lawang Sewu yang Semarang bangeett | dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/12/25/92217-5e03193f097f3614c6282972.jpg?t=o&v=770)
![Sisa Sejarah di Klenteng Sam Po Kong | dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/12/25/sam-po-kong-5e03197c097f363fe0382e52.png?t=o&v=770)
![Kota Lama Semarang with dosen favorit gw | dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/12/25/92218-5e031863d541df58f874ab92.jpg?t=o&v=770)
Hingga akhirnya saat itu tiba, saat gue merayakan ulang tahun gue yang ke 25, dengan pegangan seadanya.
Di ulang tahun yang ke 25, yang mana salah satu ulang tahun teristimewa, dan seharusnya bersyukur sudah berumur seperempat abad, nyatanya gue hanya hidup dengan Rp. 26.000 di dompet, 26.000 di atm (untung aja di UI bisa narik pecahan 20.000), sedang menjalani puasa sunnah senin (tanpa sahur dan nggak tau makan apa disaat berbuka), harus berjalan kaki di tengah panas terik Depok mencari alamat untuk melamar kerja (ya gue mutusin untuk mencari kerja, agar punya income yang stabil), serta malamnya harus ngungsi ke tempat temen yang berjarak sekitar 2 jam perjalanan karena takut diminta traktiran ulang tahun. Dan pahitnya hanya gue sendiri yang tau masalah ini
Hanya video Youtube ini yang bisa menghibur hati gue sang idealis. Yang gue berikan sebagai kado terindah di ulang tahun ke 25, oleh gw sendiri, sebuah pencapaian menginjak 17 provinsi di Indonesia serta sedikit melipir ke Singapura.Â
Temen-temen gue dikosant pada menunggu kepulangan gue malam itu, ngarep gue traktir makan. Eh nyatanya gue malah kabur ke Cawang, rumah tante gue untuk numpang makan malam, dan kebetulan ada adik Mama juga yang datang dari Cilacap, jadi sedikit makan besar malam itu.
Setelahnya, gue ngga pulang ke kosant, gue malah kabur nginep ke kost temen gue di BSD, dan Alhamdulillah dapet rezeki besoknya nemenin dia kerja ke PLTU Cilegon untuk ikut project lelang, gue sempat bantu nyetir dan nemenin proses lelang sebelum ditraktirnya makan siang.
Sepulangnya dari Cilegon, gue istirahat beberapa hari dikost, dan terpaksa minjem duit ke temen gue yang lainnya buat bertahan hidup. Seminggu setelahnya, gue diajak lagi untuk ikut proses lelang ke PLTU Sukabumi, gue putuskan ikut untuk belajar hal baru dan berenang di Pantai Pelabuhan Ratu, berharap ketemu sama Ratu-nya, menuntut ilmu bagaimana cara menghasilkan uang banyak tanpa ngepet.
![PLTU Pelabuhan Ratu | dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/12/25/20170915-114836-5e031a3c097f366d610ce952.jpg?t=o&v=770)
![Pantai Pekabuhan Ratu, berharap ketemu Ratu | dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/12/25/20170915-162622-5e03192cd541df086a4841e2.jpg?t=o&v=770)
Di perjalanan pulang gue ke Bandara Juanda, sambil merenung di atas motor dan duduk dibelakang babang gojek, akhirnya gue ambil keputusan. Gue harus berani keluar dari zona bego gue, challenge diri gue untuk explore lebih jauh, pergi ke daerah yang belum pernah gue injak sebelumnya, ketemu dan sharing dengan orang-orang baru, serta belajar banyak hal baru dan berguru dengan sebaik-baiknya guru, pengalaman.
Akhirnya gue memutuskan untuk backpackeran dari Jakarta menuju Yogyakarta dan Bali, dengan modal 10.000 didompet, dan uang recehan yang gue kumpulkan sekitar 5 ribu diatas lemari gue buat bayar kereta api commuter line.
Jeng jeeengg, disinilah petualangan gue dimulai....
Yuk Baca Cerita Asli gue di dangkurexplorer.com.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI