Mohon tunggu...
Muhammad Dadang Kurnia
Muhammad Dadang Kurnia Mohon Tunggu... Freelancer - Digital Nomad & Marketer

A Digital Nomad who passionate in Marketing and Writing.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Perantauan Modal Nekat ke Jakarta

18 Desember 2019   01:59 Diperbarui: 18 Desember 2019   02:04 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perantauan Modal Nekat ke Jakarta - Jujur, ini merupakan salah satu petualangan nekat gue, karna gue tiba di Jakarta hanya dengan uang pegangan 200 ribu. Percaya? Nggak percaya juga gapapa, tapi serius gue udah menjalaninya.

'Trus, gimana caranya menyambung hidup dang?' Ya pandai-pandailah. Mulai dari numpang makan sama teman, atau nebeng hidup sama doi yang kebetulan pada saat itu lagi 'lebih', ataupun juga menjual jasa mengantar teman mengojek ria menuju stasiun, lalu menjemputnya kembali di malam hari ketika pulang bekerja, hanya demi sepiring Warteg 'Kharisma' atau Warkop Mas Agus Srengseng Sawah.

Tapii, rutinitas ini nggak berlangsung lama, sekitar sebulan lebih tepatnya. Mungkin dikarenakan terlalu lama menumpang dikosan temen, sehingga ia mulai merasa gak nyaman, timbullah sedikit demi sedikit masalah, kemudian akhirnya memuncak, dan gue harus angkat kaki dari kost seorang sahabat, salah satu pil pahit yang harus gue telan, dimasa awal-awal perantauan.

Gue kembali harus mencari tempat tinggal. Beruntung, nggak lama setelah kejadian tersebut, dan juga nggak jauh dari lokasi gue tinggal sebelumnya, masih di daerah lenteng agung juga, gue menemukan temen sesama Riau yang juga sedang merantau di Jakarta, sehingga gue memutuskan untuk tinggal bersama dengannya, nggak jauh dari kosan si doi juga. Hahaha menang banyakkk...

Setelah itu, hari demi hari gue lewati dengan optimis dan berbahagia, nggak tau kenapa, faktor lagi berjuang bersama bareng si doi kali ya, terus juga banyak mendapatkan temen baru dari hobi gue ber-futsal ria. Apalagi saat itu si doi sudah diterima bekerja, sehingga ekonomi kami mulai sedikit stabil, masa iya dia makan gue nya engga.

Jujur sih gue udah berikhtiar mencari kerja, mulai dari mengikuti job fair, interview di beberapa perusahaan outsourcing, hingga sempat menginjak Balikpapan Kaltim untuk mencoba keberuntungan. Tapi tetep aja, masih belum kelihatan dewi fortuna-nya.

Sempat mengadu nasib ke Balikpapan,meskipun cuma 2 hari
Sempat mengadu nasib ke Balikpapan,meskipun cuma 2 hari

Saat kembali ke Jakarta, gue mendapatkan tawaran dari salah seorang pengusaha dan investor, yang sudah ibarat kakak angkat dari si doi di tempat ia bekerja saat itu. Si Kakak Bos itu ingin membuka brand clothing baru, dan tugas gue disini adalah palugada, apa lu mau gua ada.

Mulai dari mencari bahan yang pas buat baju (cotton 30s, 20s, dll), mempelajari kompetitor di Jakcloth, membeli baju di Cipulir untuk di re-brand, mencari peralatan di Ikea dan Ace Hardware Kokas, menghubungi beberpa Mall untuk membuka stand, hingga tukarang alias tukang angkat barang mulai dari baju dan lemari yang akan dipasang di stand.

Sebenarnya gue enjoy aja sih, ya namanya juga kerja sama orang, pasti awalnya pahit. Apalagi biasanya bos ditempat kita bekerja bakalan ngetes kita dengan yang pahit-pahit diawal, untuk membuktikan apakah kita memiliki daya tahan, bisa dipimpin, nggak banyak tingkah, dan manut disuruh apa aja. Kerja lembur bahgai quda bakal gue jabanin sih harusnya.

Tapii, disini permasalahannya adalah, si doi, yang ngajak gue bekerja, yang juga bergabung di project ini, mulai nggak tahan karena merasa seperti dijadikan budak, sehingga dia melakukan perlawanan dan memutuskan untuk berhenti. Dan gue? Ya pada awalnya sih masih bertahan, tetapi lama kelamaan mulai gak kerasan, apalagi posisi gue disini juga sebagai backup kerjaan si doi, eh tapi si doi nya malah berhenti.

Hingga pada akhirnya, di bulan ramadhan 2016 kala itu, gue memutuskan untuk berhenti, eh diberhentikan deh lebih tepatnya, karna sedikit slek dengan Si Kakak Bos ini. Semua fasilitas dari kantor (Cuma motor doang sih, sama helm juga), gue balikin. Dan dengan tabungan yang pas-pasan dari gaji, tanpa THR, tepat 2 minggu sebelum lebaran, gue kembali menjadi pengangguran.

Sedih? Udah biasa sih. Dengan prinsip tabu cucurkan airmata, gue pulang menggunakan kereta. Tiba di stasiun lenteng agung, gue jalan 1 km menuju kosan si doi, memberi laporan tentang semua yang terjadi. Disana kami hanya bisa bersedih, menatap bulan dan bintang yang bersinar di malam itu, sambil saling menguatkan masing-masing karena kerasnya kehidupan Jakarta, bagi kami sih.

Ngga disangka, perantauan modal nekat gue ke Jakarta, bermodal 200 ribu, harus berakhir dengan pemecatan tanpa penghargaan, di dua minggu sebelum lebaran. 

Pada malam itu juga, kami berunding, apakah harus pulang kampung disaat lebaran, atau stay di Jakarta merayakan lebaran 'hanya berdua'. Dilema yang sangat sangat dalam sih buat gue karena udah setahun nggak pulang ke kampung halaman di Dumai, berat sudah rindu ini kepada keluarga, semakin berat karena gue udah nggak punya apa-apa.

To make story short, gue memutuskan untuk pulang, apapun caranya, gue yakin akan ada jalannya. Kebetulan, kebetulan sekali, tempat gue tinggal di Jagakarsa ini didominasi oleh mahasiswa Riau yang sedang menuntut ilmu dan bekerja di Jakarta, sehingga kami bisa kompak untuk mencari sponsor dari proposal "Pulang Mudik Bersama" dalam rangka lebaran.

Kami memasang strategi, memecah tim untuk bergerak, mulai dari melobi Organisasi KNPI hingga Bank Riau sebagai sponsor "Pulang Mudik Bersama", kemudian juga meminta sumbangan dari senior-senior Masyarakat Riau yang sudah sukses di Jakarta. Hingga akhirnya, H-7 lebaran, kami bisa menyelenggarakan 'Pulang Mudik Bersama' dari Jakarta menuju ke Pekanbaru, Riau, menggunakan Bus Pariwisata yang memakan waktu hingga 2 hari lamanya.

Pelabuhan Merak Banten
Pelabuhan Merak Banten

Kapal Penyeberangan Merak-Bakauheni
Kapal Penyeberangan Merak-Bakauheni

Finally Arrive at Pekanbaru. Backpacker Bana!!
Finally Arrive at Pekanbaru. Backpacker Bana!!

Sebuah pilihan yang berat bagi gue, karena harus meninggalkan si doi yang lagi dibawah-bawahnya, untuk pulang bersilaturahmi ketemu keluarga. Tapi apapun itu, seburuk apapun resiko yang akan dihadapi didepan, kita harus berani dalam menetapkan pilihan, itu sih prinsip yang gue pegang.

Dan resiko itu akhirnya datang juga, gue yang udah kembali ke kampung halaman di Dumai, agak sulit berkomunikasi dengan si doi karena sibuk berkumpul bersama keluarga serta sahabat-sahabat lama, sehingga sering berantem bahkan untuk hal-hal kecil seperti nggak membalas chat dan nggak mengangkat telpon serta vcall dikarenakan rindu. 

Hingga endingnya, pada lebaran pertama, malam takbiran sih lebih tepatnya, hubungan gue sama si doi yang udah berjalan hampir setahun dan udah berjuang bersama sejak bekerja di Batam, merantau bareng ke Jakarta, mencari kerja, berhenti kerja, hingga akhirnya LDR Jakarta-Dumai harus terpisah, salah satu lebaran yang pahit bagi gue.

Apapun yang terjadi, Kerling Senja Dumai tak pernah mengecewakan
Apapun yang terjadi, Kerling Senja Dumai tak pernah mengecewakan

Lebaran kali itu berasa seperti nggak lebaran, gue lebih banyak mengurung diri dikamar, dan nggak sabar untuk kembali ke Jakarta, siapa tau masih ketemu solusinya. Namun apalah daya, masalah selanjutnya datang juga. 

Gue yang bermodal pegangan pas-pasan, dengan status pengangguran, nggak mendapat restu dari orang tua untuk kembali ke Jakarta, apalagi saat itu orang tua nggak bisa bantu banyak karena fokus buat persiapan biaya kuliah adik gue yang ingin melanjutkan pendidikan dari D3 menuju S1 dikampus antara UI ataupun UNY Yogyakarta.

Bukan Dadang namanya kalau nggak punya akal panjang. Dengan sedikit negosiasi, dan janji, akhirnya gue diberi restu untuk kembali ke Jakarta, bermodus mendampingi adik gue hingga menyelesaikan tesnya di Universitas Indonesia Depok.

Sekembalinya ke Jakarta, gue mencari cara, bagaimana agar bisa balikan sama si doi. Tapi kelihatannya, si doi hatinya udah keras, jadi yang bisa gue lakuin hanya pasrah, pasrah melepaskannya, apalagi katanya dia ingin menikah, semakin merobek hati ini yang sudah nggak punya apa-apa lagi.

Singkat cerita, adikgue nggak lulus tes dikampus UI, dan berkah lainnya, ia lulus di Kampus UNY Yogyakarta. And then, Yogyakarta I am comiiinnggg...

Welcome back to Yogyakarta!!
Welcome back to Yogyakarta!!

Eh, sebelumnya gue juga sempet explore Bandung deng bareng adik gue hahaaa

Gedung Sate Bandung
Gedung Sate Bandung

Taman Masjid Agung Bandung
Taman Masjid Agung Bandung

Belajar Sejarah di Musem Asia Afrika
Belajar Sejarah di Musem Asia Afrika

CFD DagoYuk Baca Cerita Asli gw di https://www.dangkurexplorer.com/blog/perantauan-modal-nekat-ke-jakarta/ 
CFD DagoYuk Baca Cerita Asli gw di https://www.dangkurexplorer.com/blog/perantauan-modal-nekat-ke-jakarta/ 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun