Mohon tunggu...
Muhammad Dadang Kurnia
Muhammad Dadang Kurnia Mohon Tunggu... Freelancer - Digital Nomad & Marketer

A Digital Nomad who passionate in Marketing and Writing.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sepenggal Awal Kisah di Perantauan

26 November 2019   21:27 Diperbarui: 26 November 2019   21:41 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hampir aja gue putuskan untuk berenang dok. pribadi

16 Oktober 2015, pukul 15.00 gue tiba di Pelabuhan Sekupang, Batam. Gue langsung dijemput oleh salah satu teman kecil lainnya, Reza, yang ditemani oleh temannya yaitu Bang Kino dan satu lagi gue udah lupa namanya. Kacau.

Gue langsung mendapat sambutan hangat di Batam, nyampe jam 3 sore, dijemput pakai mobil, dan jam 4 sore nya udah ada jadwal untuk futsal sama orang kantor PU Batam di Vitka Futsal, deket pom bensin Tiban.

Malamnya, gue langsung ketemu dan sedikit berbincang dengan salah seorang bos yang ingin mengajak kerja. Gue yang saat itu masih polos kalau berbincang soal project hanya bisa diam mendengar cerita bapak ini, sambil memegang map lamaran kerja ditangan kanan. Perbincangan kami selesai pukul 23.00, gue dan Reza langsung melanjutkan perjalanan keliling Kota Batam.  

Gue dipercaya pada posisi driver agar bisa melancarkan skill memutar stir menginjak gas dan rem. Kami berkeliling menuju Nagoya dan jodoh, explore kampung bule, belakang BCA, dan untung aja nggak ke sintai. Kacauuu.

Hari kedua di Batam, gue udah dipercaya Reza untuk membawa tamu dari Dumai, yang akan kami bawa jalan-jalan keliling Batam. Hebat nggak tuh, baru 2 hari di Batam, gue udah jadi guide dan bawa orang keliling kota penuh warna ini.

Tapi melesetnya, tujuan kami ini bukanlah tempat sembarangan, dan untuk pertama kali nya lah gue masuk ke dalam diskotik, melihat orang joget-joget, dengan musik yang bagi gue amburadul itu. Kalo bahasa orang Batam, "Rusak awak disini genk".

Padahal udah sering bolak balik kemang di Jakarta, Dago di Bandung, serta Seturan dan Jalan Raya Magelang di Yogyakarta, gue belum sekalipun mampir ke diskotik (Kok gue bisa tau ada diskotik di sana?). Tapi di Batam, pertahanan diri gue jebol.

Eh tapi jangan sembarangan ya, gue ga nyoba alkohol sedikitpun lho, yang gue minum hanya coca cola es. Iya sumpah genk, sumpah!! Nggak ada gue minum yang berbau alkohol. Dan gue sangat beruntung malam itu karna temen-temen gue pada tenggen semua, cuma gue yang masih normal dan bisa nyetirin mereka sampai selamat pulang ke rumah.

Pokoknya sebulan pertama di Batam, semua terasa indah dan manis. Berlinang madu. Sudah semua daerah di Pulau Batam gue jelajahi, hampir semua pantai gue singgahi.  Gue udah menjelajahi seluruh Bengkong, Nagoya, Jodoh, Batu Aji, Barelang, Batu Ampar, Batam Centre, Punggur hingga Batu Besar.

Gw juga sudah mantai di Nongsa, Tanjung Pinggir yang bisa lihat Singapore dari dekat itu, serta Pantai Ocarina, yang sejatinya bukan pantai sih.

Hampir aja gue putuskan untuk berenang dok. pribadi
Hampir aja gue putuskan untuk berenang dok. pribadi

Belum lagi gue sedang pdkt dan sedikit jatuh cinta (sedikit saja) dengan salah seorang cewek Batam, yang gue baru kenal dari seorang cewe Batam lainnya, yang saat itu udah ada cowok. Ribet ah jelasinnya. Tapi ya begitulah, intinya kenalan dan jatuh hati sama cewe disana. Ah manis, ah madu. Pada saat itu.

Tapii semua hanya berlangsung selama kurang lebih sebulan. Selanjutnya, semuanya seperti berbalik. Memang sejatinya, beginilah hidup, kadang kita diatas kadang dibawah, kadang senang kadang sedih, fluktuatif, kayak saham pada perusahaan yang insecure.

Tapi yang gue sesalkan, kenapa terlalu cepat. Baru aja sebulan berlinang madu, hidup gue berubah menjadi sendu, pilu. Kerjaan yang udah dijanjikan itu tak kunjung memanggil, bapak itu hilang tak berkabar. Gue juga baru sadar bahwa gue cuma bawa tabungan sangat-sangat sedikit disaat merantau, lebih kurang 500rb rupiah.

Ini merupakan aib yang gue buka di tulisan ini. Kalo lo liat di sosmed gue yang 'katanya' mewah itu, mungkin lo nggak tau kalo gue memulai perantauan dan berkeliling Indonesia hanya dengan modal awal 500 ribu, kurang nekat apa coba? Ada nggak lo temuin orang yang lebih nekat? Kalau ada kenalin dong, biar gue ada teman cerita dan nggak merasa kesepian.

Balik lagi ke cerita tadi, tabungan gue yang menipis, meluapkan semua kegembiaraan yang gue miliki. Gue baru sadar karna sebulan terakhir ini gue hidup menumpang dirumah seorang teman, yang juga menumpang dirumah tantenya. Ribet urusannya!! Gue sempat dapat tawaran untuk tinggal dirumah satu-satunya saudara yang ada di Batam, dan itu gak bertahan lama, CUMA 5 hari!! 

Gue balik lagi kerumah temen gue yang tadi, menumpang kerumah dia yang juga numpang sama tante dan oom nya. Untung aja gue sempat bermain di turnamen sepakbola disana dan mendapat bayaran sehingga bisa nambah-nambah jajan, buat makan :')

Stadion Temenggung Batam dok. pribadi
Stadion Temenggung Batam dok. pribadi

Tetapi tetap aja gue ga enak, dengan status pengangguran ga ada kerjaan dan hidup menumpang dan terkadang menggembel dijalanan. Belum lagi cerita kenalan cewe yang tadinya berlinang madu, mendadak sepahit kopi gayo double expresso tidak bergula. Si doi hilang ditelam bumi, atau pergi ikut naik kapal nabi Nuh mungkin, gue tinggal.

Kumpulan kisah pahit ini sempat gue abadikan didalam tweet:

dok. pribadi
dok. pribadi
Sebelum akhirnya pada 12 november 2015, gue semacam mendapatkan berkah dan tawaran kerja serta diberangkatkan training ke Singapore. 

Nantikan kisah gue selanjutnya!!

Cerita Asli Gue dangkurexplorer.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun