*Euro*
Tinggal menghitung hari, kami tidak lagi bersama untuk waktu yang lama. Jarak yang membentang akan memisahkan kami. Bakal ada rindu dari Bogor untuk Garut. Begitupun sebaliknya.
Jika malam sudah larut, saya selalu meminta Biyu segera masuk ke kamarnya. Jika seperti itu, ia akan memasang mode cemberut. Acara tv yang disukainya harus disudahi. Menggerutu, sambil menutup pintu kamarnya.
Tidak dengan malam ini. Saya berada di sisinya. Menemani Biyu menonton pertandingan sepak bola antara Jerman, dengan Spanyol. Meski perempuan, ia suka sekali menonton pertandingan sepak bola. Saya tidak memintanya segera tidur, meski separuh malam telah lewat.
Sejak lama saya tau Biyu suka sekali dengan olahraga. Tapi saya tak mengira ia hafal nama pemain, beserta di klub mana sang pemain terikat kontrak. Tak hanya sepak bola, olahraga volly pun ia suka. Ia selalu di depan tv jika moji menyiarkan pertandingan. Terlebih saat BIN yang bertanding. Megawati Hangestri adalah atlit idolanya.
Kami belum beranjak, masih berada di depan tv. Pertandingan masih berlangsung. Saya mendukung Spanyol, Biyu pegang Jerman. Sesekali ia teriak, nampak kesal, Â menyaksikan peluang yang tidak dimanfaatkan dengan baik oleh pemain Jerman.
Ia nampak kecewa saat Olmo melesatkan tembakan ke gawang Jerman di menit ke 51. Neuer tak mampu menepis, hingga menggetarkan jala. Skor sementara 1-0 untuk Spanyol.
Jarang sekali kami menonton tv bersama. Malam ini saya coba menahan rasa ngantuk, untuk menemaninya menonton pertandingan. Ia senang sekali ditemani, begitupun saya.
Pekan depan saya harus mengantarnya ke pondok pesantren. Ia akan menimba ilmu di sana. Sebenarnya berat untuk berpisah. Tapi untuk sebuah harapan, tak ada pilihan lain.
Rasanya baru kemarin menggendongnya. Mengantar Biyu ke TK tempat ia bersekolah. Tak lama, Kembali harus mengantarnya ke MI. Memboncengnya, ke sekolah. Saat ada waktu luang, saya selalu menjemputnya. Senang sekali, ia berlari ke arah saya dengan kegirangan. Saat tau ayahnya menjemput.
Pekan depan saya harus mengantarnya. Ia nampak berat, begitupun kami ayah bunda nya. Baktinya kepada orangtua, yang menguatkan ia belajar di tempat yang jauh. Linangan air mata, akan menyertai perpisahan nanti. Akan sedih sekali, mungkin hingga menangis. Mungkin tangis sepanjang perjalanan kami yang mengantarnya kembali ke rumah.