Lain murid, lain sikap dan kebiasaan. Ada sepuluh murid, ada sepuluh sikap dan karakter. Sebut saja Mawar, murid yang pintar, dan rajin. Peringkat kelas bagus, cakap, rajin, dan percaya diri. Sejak Mawar naik ke kelas 9 ia semakin menunjukan semangat belajar.
Saya jarang sekali mendorongnya agar melanjutkan sekolah, karena yakin Mawar akan masuk SMA setelah lulus SMP nanti. Saya hanya menyemangati dia mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Saya hanya mengajari soal yang ia tak faham cara menjawabnya.
Hari ini ia tak melanjutkan sekolah, rutinitas hariannya hanya mengaji. Saat saya tanya lewat pesan singkat, mengapa tak melanjutkan sekolah?.
"Ceuk Ema kamimah ngobong bae, ema teu boga biaya ceunah"
Secara ekonomi keluarga, saya melihat bapak dan ibu Mawar mampu menyekolahkan anaknya, apalagi sekarang sekolah di SMA geratis. Jika alasannya pakaian, di rumahpun Mawar harus berpakaian. Jika alasannya jajan, di rumahpun anak seusinya masih ditanggung jajannya oleh orang tua.
Saya salah prediksi, terlihat pintar dan mampu, tetapi motivasi melanjutkan sekolahnya rendah. semoga kesalahan itu tidak terulang lagi di tahun ajaran ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H