Mohon tunggu...
Dadang HuzaziRahman
Dadang HuzaziRahman Mohon Tunggu... Guru - Poto pribadi

Bekerja sebagai guru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pais Bungkreng

2 Juni 2023   08:41 Diperbarui: 2 Juni 2023   08:43 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore itu kami sedang duduk santai. Saya dan 3 orang teman sedang menunggu masuk waktu magrib di teras rumah dinas. Kami sedang asyik dengan gawai yang ada dalam genggaman masing-masing.

Pesan masuk, murid kami mengirim pesan di grup WA kelas IX. Pesan yang isinya mengundang kami untuk datang ke rumahnya.

"Pak Dian, dan guru lainnya, datang yah ke rumah Wulan, ditunggu". Sebelumnya, undangan itu disampaikan lewat lisan, pesan masuk yang disampaikan kali ini hanya untuk mengingatkan. Pesan yang membuat kami sepakat untuk datang ke rumah Wulan.

Azan berkumandang, kami bangkit menuju masjid yang berjarak beberapa puluh meter saja dari rumah dinas. Jamaah lain mulai berdatangan saat kami mengambil wudhu. Usai mengambil wudhu, satu persatu, jamaah masuk menuju ruang utama masjid.

Setelah beberapa saat, muadzin bergegas ke arah micrphone dekat mimbar, lalu mengumandangkan iqomah. Suara merdu yang begitu menyejukan. Membuat kami, dan jamah lain segera bangkit dari duduk. Imam berdiri tegak dengan kedua kaki agak terbuka. Tak lama kedua tangannya diangkat untuk bertakbiratul ikhram.

Solat usai, jamaah langsung berzikir dengan bertasbih, bertahmid, dan bertakbir. Dilanjutkan dengan berdoa bersama yang dipimpin oleh imam.

Kami meninggalkan mesjid usai doa dipanjatkan. Kami langsung menuju kediaman keluarga Wulan. Menyusuri jalan yang gelap. Melewati sawah di sisi kiri, dan kanan. Meski gelap, kami masih bisa melihat sekitar sawah yang dilewati. Nampak sawah baru saja di bajak, akan segera ditanami padi kembali. Di sisi sawah nampak bibit padi yang sudah siap ditanam.

Gerbang kampung sudah nampak, sebuah gapura yang dibuat saat menyambut HUT RI tahun lalu. Lebih setengah tahun gapura itu berdiri sebagai penanda batas kampung. Beberapa bagian sudah lapuk, cat merah dan putih yang menutupi, sudah nampak kusam. Sepertinya tak lama lagi akan dibongkar warga. Khawatir membahayakan warga jika tiba-tiba roboh.

Gapura dan beberpa rumah warga telah  dilewati, kami sampai. Ya, kami sudah berdiri di sisi jalan tepat di depan kediaman keluarga Wulan.

Halaman rumah Wulan di batasi jaring hitam. Jaring yang biasa dipasang di empang oleh peternak ikan. Kami berempat memasuki halaman. Dari dalam, Wulan dan kedua orantuanya menunggu kedatangan kami, ketika melihat kedatangan kami, pintu rumahnya langsung dibuka. Tuan rumah ke luar, saya langsung mengucapkan salam. Salam di jawab, kami langsung berjabat tangan, dan diminta masuk kedalam ruang tengah rumahnya.

Rumah yang sederhana, tapi terasa sangat nyaman. Tak ada kursi didalamnya, kami disilahkan duduk di atas lantai beralaskan karpet. Rumah dengan perpaduan dinding semen dan kayu. Dibagian bawah dindingterbuat dari tembok semen, sementara di bagian atas terbuat dari kayu. Dari tempat kami duduk terlihat dapur dengan tungku dan kayu bakar menumpuk di sisinya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun