Mohon tunggu...
Dadang Yusprianto
Dadang Yusprianto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Purna tugas, Komisioner KPU Kabupaten Simalungun Periode 2013 - 2018

Selalu berbuat baik dan bersyukur walau belum ada tanda-tanda kearah kehidupan yang lebih baik, tetap optimis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemilih Pemula Warna Baru Demokrasi Negara Malaysia

22 November 2022   12:00 Diperbarui: 22 November 2022   12:01 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Puluhan juta warga Malaysia yang terdaftar sebagai pemilih resmi menggunakan hak suara dalam pemilu 19 November kemarin. Pemilu tersebut akan menentukan suara mayoritas dalam parlemen, dengan partai atau koalisi yang dominan akan berhak membentuk pemerintahan baru dan menunjuk Perdana Menteri (PM) Selanjutnya.

Ada 222 kursi majelis rendah parlemen yang anggotanya ditentukan oleh 21 juta pemilih terdaftar dalam Pemilu tersebut, adapun jumlah pemilih terdaftar 21 juta orang, termasuk 6,23 juta pemilih baru, Jumlah pemilih itu tercatat meningkat 40 persen dibandingkan pemilu tahun 2018 lalu.

"Indera Ikmalrudin Ishak selaku Sekretaris Suruhanjaya Pilihan Raya Malaysia (SPRM) setara dengan KPU di Indonesia" mengatakan tempat pemungutan suara yang disediakan mencapai 8.958 unit.

Dikatakan TPS dibuka dari pukul 08.00 hingga 18.00 untuk wilayah Semenanjung, dan pukul 07.30 sampai 17.30 untuk wilayah Sabah dan Sarawak.

Tempat pemungutan suara kebanyakan didirikan di sekolah-sekolah dan pusat komunitas, Penghitungan suara dilakukan begitu tempat pemungutan suara ditutup, dengan hasilnya bisa diketahui pada malam yang sama.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah Malaysia, warga usia 18 tahun mempunyai hak pilih dan mencalonkan diri dalam pemilu 2022, menyusul pengesahan undang-undang Undi18 untuk menurunkan batas usia dari 21 tahun.

Banyak pemilih pemula mengaku sudah tidak sabar menantikan pergantian pemerintahan untuk segera keluar dari stagnasi, dari berbagai jajak pendapat, antusiasme pemilih pemula, termasuk rentang usia 18-20 tahun, tampak tinggi.

"Mungkin kita menyaksikan mereka memilih beramai-ramai tapi untuk membaca kegembiraan itu diterjemahkan dalam kertas suara itu mungkin berbeda," kata dosen senior bidang politik dari Universitas Teknologi Mara, Mujibu Abdul Muis.

Namun demikian, yang jelas pemilih muda punya sejumlah perbedaan dibanding golongan usia lainnya.

"Kebanyakan pemilih muda ini berbeda kehendak, berbeda pengaruh karena berbeda dari sudut bagaimana mereka dibesarkan, bagaimana mereka mendapat pendidikan, bagaimana keterpaparan politik mereka," tambah Mujibu Abdul Muis.

Tidak membawa beban kesetiaan atau keterhutangan sejarah kepada partai-partai politik dan calon-calon, sebagaimana pada umumnya kelompok umur lebih tua, pemilih pemula kemungkinan akan menjatuhkan pilihan berdasarkan isu-isu yang mengemuka, lanjutnya.

Analis lain juga mempunyai penilaian serupa. Meskipun muda dan semestinya idealis, perhatian pemilih pemula diarahkan ke masalah umum, khususnya kesejahteraan ekonomi.

"Mereka memerlukan pekerjaan. Ini juga masalah setelah dampak Covid-19, gaji yang stagnan. Sejak tahun 2000 khususnya, Malaysia mengalami masalah di industrialisasi di mana ketika China membuka ekonominya, banyak perusahaan besar berhijrah ke China dan pekerja-pekerja asing dibawa masuk.

"Ini memberikan kesan persaingan atau daya saing lulusan perguruan tinggi, lulusan sekolah menengah dan sebagainya," jelas DR. Muhamad Nadzri Hj. Mohamed Noor selaku kepala Program Sains Politik, Universitas Kebangsaan Malaysia.

Jelas pemilih pemula akan menjadi komponen penting dalam pemilihan umum di saat Malaysia menghadapi berbagai masalah pelik, seperti ketidakstabilan politik dan perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Masing-masing partai politik mencoba untuk merangkul anak-anak muda, meskipun mayoritas pengurus partai masih generasi tua.

Perkecualiannya barangkali adalah Partai Ikatan Demokratik Malaysia (MUDA) yang dinahkodai politikus Syeh Saddid. Pria berusia 29 tahun itu dikenal luas di kalangan muda dan mempunyai banyak pengikut di media sosial.

"Salah satu cara kami menyasar pemilih muda adalah lewat media sosial. Jadi sekarang banyak pemimpin politik dan calon cukup aktif di media sosial, seperti Tiktok dan Instagram," papar mantan menteri industri utama dan calon anggota parlemen dari Partai Aksi Demokratik, Teresa Kok Suh Sim, dalam wawancara dengan wartawan BBC News Indonesia, Rohmatin Bonasir.

Produk yang dikemas, masih menurutnya, berupa video-video pendek berisi pesan-pesan politik dan pembelajaran seputar pencoblosan.

Sejumlah partai politik juga mengusung sosok-sosok muda sebagai upaya menarik sokongan pemilih pemula. Beberapa di antara mereka merupakan perempuan menawan dan berpendidikan tinggi. Media setempat menyebut kelompok calon itu sebagai 'beauty with brain'.

Ada dua calon anggota parlemen paling muda, "Peggy Chaw dan Muhammad Syahmi Suhaimi", Keduanya berusia 23 tahun, Adapun calon tertua adalah mantan Perdana Menteri "Tun Mahathir Mohamad", 97 tahun, Kedua kategori itu terpaut usia 74 tahun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun