Mohon tunggu...
Dadang Pasaribu
Dadang Pasaribu Mohon Tunggu... -

pengembara mengikuti jalan yang ditempuh pengembara sebelumnya dari gelap hingga terbitnya matahari

Selanjutnya

Tutup

Politik

RIZAL RAMLI & Peluru-Pelurunya....

20 Agustus 2015   10:32 Diperbarui: 20 Agustus 2015   10:32 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

RIZAL RAMLI & Peluru-Pelurunya....

Masuknya Rizal Ramli (RR) dalam kabinet langsung membuat heboh. Hanya dalam hitungan hari dua peluru RR langsung ditembakkan. Satu mensasar Rini Soemarno (RS) dan satunya mensasar Jusuf Kala (JK). Banyak kacamata kemudian digunakan untuk menganalisis fenomena masuknya RR dalam kabinet. Ada yang menggunakan sudut pandang normatif (etika), ada yang menggunakan pendekatan organisasi (urusan internal rumah tangga) dan ada juga yang menggunakan kacamata politik (biasa saja dalam pergumulan politik). Para pemirsa yang mengikutinya juga memiliki sudut pandang yang beragam pula. Ada yang gembira menikmati fenomena politik, ada ‘yang menikmatinya’ karena merasa punya sudut pandang yang sama dengan RR, ada juga yang memakinya dengan alasan etika. Satu peristiwa bisa saja banyak tafsir tergantung sudut pandang penafsir.  

Siapa tak kenal sosok RR, mantan aktivis 66 yang kritis, sudah beberapa menduduki jabatan menteri pada kabinet Gusdur-Megawati 2000-2001 serta pernah menjadi Kabulog (2000). Menurut pengakuan RR Jokowilah yang meminta dirinya masuk dalam kabinet. Jika kemudian RR kembali masuk kabinet Jokowi-JK tentu tidak tanpa alasan. Mungki saja Jokowi butuh tenaga baru untuk mendorong geliat ekonomi nasional. Lesunya perekonomian nasional belakangan menjadi sorotan tajam semua pihak. Pukulan perekonomian global tampaknya tidak bisa dianggap remeh. Angka pertumbuhan ekonomi yang terkoreksi dan lemahnya nilai tukar rupiah serta buruknya serapan APBD daerah setidaknya menjadi indikator suram ekonomi nasional.

Lesunya ekonomi tentu saja berhubungan dengan lesunya kinerja kabinet. Jokowi pun sudah mulai dipaksa oleh keadaan untuk segera mereshufle kabinet terutama menyangkut tim ekonominya. Mungkin jilid pertama ini sasaran reshufle memiliki banyak arah sekaligus. Bisa saja hal utamanya menyangkut perbaikan tim ekonomi (menko perekonomian, menko maritim, bappenas, perdagangan), namun juga butuh akomodasi politik (menggusur Andi Widjayanto) dan sekaligus menyangkut keamanan negara yang rawan (polhukam). Dan....tak kalah penting reshulfe pertama ini jangan membawa keguncangan terhadap koalisi. Karena itu, sasarannya lebih pada menteri-menteri yang tidak memiliki latar politik kepartaian yang kuat. Kalaupun terjadi reshufle, mereka tak memiliki tempat untuk mengadu.

Tidak Sekedar Perbaikan Ekonomi

Pergantian kabinet tentu saja banyak pertimbangan, terlebih pertimbangan ekonomi maupun politik. Mungkin arah sudah bisa ditebak, sudah menjadi rahasia umum jika JK dan konconya (Sofyan Wanandi cs) sangat kuat ada disekitar lingkaran Jokowi. Masih ingatkan tudingan Sabam Sirait perihal kucuran 10 trilyun dari JK untuk Jokowi saat kampanye. Sudah tentu posisi JK tak bisa dibilang sebagai ‘sekrup’ belaka. Semua tau JK mungkin satu-satunya politisi yang tak pernah terlempar buruk dalam kancah politik sejak era reformasi. Kartunya hidup terus beserta dengan jaringan bisnis dan koleganya.

Sudah banyak bisik-bisik tentang tidak mudahnya Jokowi mengarahkan JK. JK yang keras, mungkin itu juga yang membuat SBY ‘kapok’ memilihnya dan beralih kepada Budiono yang cenderung pendiam dan masa bodoh. Wapres yang super aktif dan dapat ‘berjalan di depan’ tentu tidak akan membuat nyaman seorang Presiden. Presiden atau kelompoknya tentu butuh ruang yang lebih luas untuk mengejewantahkan kepentingannnya dalam kekuasaan.  

Jokowi tentu saja tidak sekedar butuh ekonom lulusan luar negeri tapi juga ia butuh ekonom yang punya nyali untuk mengingatkan sesama tim anggota kabinet. Tidak berlbihan jika sosok itu ada dalam diri RR. Ini juga bukan sekedar etika, sebab ini sudah menyangkut kepentingan dan intrik politik yang memang sengaja dibuka. Kalau akhirnya mesti diredam, tak masalah, yang penting pesan sudah sampai kepada pihak sasaran. Adu kuat antar faksi yang mulai bertikai di lingkaran istana tidak bisa lagi di tutupi.

Penutup

Sudah mahfum jika kabinet Jokowi disesaki oleh kepentingan politik dari partai politik yang kental. Semuanya menjadi jagoan, dan mampu menembak dari seberang kegelapan. Situasi ini membahayakan bagi Presiden. Ia kerap akan menjadi sasaran empuk dari setiap kebijakan yang buruk sementara para jagoan akan tetap bersih karena bisa cuci tangan. Kalau dilihat dari sisi internal kabinet, jelas...para menteri hanyalah sibuk mempertahankan bagian-bagiannya saja. Semuanya pura-pura sibuk mengurus urusan masing-masing sehingga kinerja tak kunjung bisa dipertanggungjawabkan. Gelora rakyat untuk menghirup angin segar perubahan tampaknya perlu waktu jeda.

Ditengah kabinet yang sibuk tak menentu dengan kepentingannya masing-masing, Presiden yang juga tak perkasa tentu saja butuh ‘teman’ yang bisa berkoar-koar menyambung lidahnya. Maka, benarlah kata RR....saya datang karena diminta oleh Presiden, dan Presiden mengatakan bukan saya yang meminta tapi rakyat (RR pun...terharu) "Saya terharu dan luluh, mari mas kita lakukan perubahan," ujarnya saat diwawancarai salah satu TV swasta, Rabu (12/8). Rizal mengaku telah bertemu dengan Jokowi beberapa kali terkait pembicaraan menteri http://nasional.republika.co.id/berita /nasional/politik/15/08/12/nsys42361-dipinang-jokowi-jadi-menteri-rizal-ramli-terharu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun