Mohon tunggu...
Dadan Andana
Dadan Andana Mohon Tunggu... Guru - Pendidik di SMPN 1 Tanjungmedar

Penikmat sastra, politik, pendidikan, dan ekonomi Islam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Real-World Learning: Pengembangan dan Refleksi Program Nestand Student Research (NSR)

23 Februari 2023   11:56 Diperbarui: 23 Februari 2023   12:09 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dengan begitu siswa akan belajar menjadi seorang enterpreneur. Dalam konteks inilah guru ditantang memberikan model pembelajaran C3 (Creative thinking, Curious and Challenging -Berpikir kreatif, ingin tahu, dan menantang). Hal ini ditujukan pula agar lembaga sekolah tidak lagi dikatakan ekslusif yang tak memperhatikan kondisi lingkungan sekitar siswa dan orang tuanya.

Contoh lain adalah di saat murid berkunjung ke gedung instansi pemerintah, salah satunya gedung Museum Geusan Ulun. Di situ murid mendapatkan edukasi dari guide wisata tentang undang-undang kepurbakalaan, pelestarian serta sanksi hukumnya. Siswa juga bisa langsung bertanya jawab tentang kisah kasumedangan yang pernah mereka lihat beritanya di media sosial. Dengan begitu siswa akan menjadi lebih peka dan sadar akan budaya dan hukum yang tidak boleh dilanggar di Indonesia.

Bagaimana cara menentukan organisasi/bisnis/komunitas mana yang perlu dikunjungi setiap kalinya?

Kegiatan real-world learning ini dijadwalkan oleh setiap bidang studi sesuai dengan tema yang diperlukan, tidak terikat oleh waktu dan kapan harus dilaksanakan, karena berjalannya kegiatan ini juga ditentukan oleh apakah sekolah bisa mendapatkan izin dari pihak eksternal terkait. Real-world learing bisa dilakukan satu bulan sekali atau dua bukan sekali, tergantung perizinan yang didapatkan.

Bagaimana cara membangun koneksi dengan pihak-pihak eksternal tersebut?

Ketika memutuskan organisasi atau lembaga mana yang akan dikunjungi, biasakan berbicara terlebih dulu dengan guru tentang tujuan yang ingin mereka capai lewat kunjungan yang dilakukan, kemudian kita dapat menentukan ke mana murid perlu berkunjung. Kemudian kami menghubungi penanggung jawab ke mana kami ingin pergi (melalui surat atau email). 

Terkadang akan mendapat rekomendasi langsung dari orang tua yang sudah memiliki akses tersebut. Orang tua murid di sekolah sudah harus dipastikan mengetahui tentang program NOLA. Sesungguhnya banyak dari mereka yang sangat mendukung dan sering memberikan akses bagi sekolah untuk mengunjungi tempat-tempat menarik.

Kegiatan ini belum ada sebelumnya dan baru kita terapkan di SMP Negeri 1 Tanjungmedar. Kegiatan ini sejujurnya hasil kontemplasi saya secara ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) dari beberapa sekolah yang sempat saya kunjungi untuk studi banding saya. 

Lalu saya berupaya terus membangun kepercayaan diri dan  terus mencari inspirasi serta inovasi bagi proses pembelajaran di sekolah yang saya pimpin. Bagi saya, Tidak ada salahnya mengadopsi kegiatan dari sekolah lain, selama kegiatan itu positif, sesuai dengan kebutuhan murid, dan membawa manfaat baik untuk guru, murid, maupun sekolah. DA***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun