Mengapa kausuka menelan seluruh gigimu
Itu yang selalu kauceritakan padaku suatu pagi
Seharusnya indah di luar bunga mekar mawar merah
Mengapa kausuntuk setiap waktu dengan barang itu
Apakah menjadi benar jika itu telah ada atau tak ada
Angin pun berlalu meninggalkan debu bertaburan
Pada pokok dahan asoka di halaman di mana-mana
Tak pernah kumengerti mengapa kau mesti begitu
Menelan gigi itu yang terpikir olehmu menyusuri tubuh
Mungkin sebentar lagi kaugigit lidahmu hingga terputus
O, kekasih jantung hatiku tak ada habis-habisnya
Sementara kau masih bertanya-tanya dengan nanar
Di usus atau di anus dia berada menyembunyikan rupa
ia bertengger di bawah bantal yang menjadi alas tidur lelap
Wajahmu lucu tak pernah menyangka begitu sederhana
______________________
Jakarta, 17 Maret 2023
Nia Samsihono
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H