Bunga asoka merah merona harum cempaka membangkitkan cinta
Kunthi mengharap dewa menginginkannya, Resi Durwasa memberi sarana
Ia mengeja mantra dalam sunya, pujanya dipinta menjadi nyata
Mimpi bagai simfoni gita menjalar dalam jiwa mengguncang nirwana
Kidung asmaradana mengusik hasrat Hyang Surya melepas suka
Memuas dahaga mencecap kenya yang kuncup putik sarinya terbuka
Redup malam bulan lindap kerisik pasir mengertap kerap meyamarkan suara
Kunti mendesah terengah dalam dekapan yang menerbangkan angan ke angkasa
Mata bercahaya kulit bagai sutra lembut menggelincir berdenyar merasakan kama
O, putri rupawan jelita terpanggang asmara yang pertama ia coba
Alpa ia, melupa bagai tenggelam di lautan bunga, mawar melati kenanga
Kenikmatan dipuja menistakan diri semata menjadi perempuan berangta
Mendekap erat berulang kali tanpa jeda, o malam janganlah usai darinyaÂ
Telah tumbuh janin kandungan perawan sunti menyentak dunia
Adityahredaya, aji gineng dipermainkan putri kesayangan raja
Darah kusuma merembes madu tercemar menabur malu
O, dewa penerang sukma kauciptakan petaka mala
Kesucian ternoda keperawanan terkoyak manikam menjelma
Kembalikanlah selaput dara harapan gadis belia
Disentuhnya, Kunthi menjadi perawan pernah bercinta
Nia Samsihono
Jakarta, 19 Mei 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H