Menurut Suharso, kebangkitan kultus terhadap individu tersebut mendapat penilaian yang wajar dari masyarakat dan merupakan praktik politik yang benar.Â
Kemudian, implikasi dari pemikiran tersebut adalah munculnya usaha untuk mensentralisasi otoritas dengan mobilisasi simbol-simbol kharisma politik, yang menurut Purwaneni tidak menjadi soal apakah kharisma tersebut semu atau nyata yang penting ada pesona yang dapat ditawarkan sebagai komoditas politik.Â
Terjadinya kompleksitas demokrasi yang termaksud di atas merupakan jalan terjal dalam usaha mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi sebagai sebuah sistem yang dianut dalam perpolitikan Indonesia.Â
Demokrasi kemudian menjadi penting untuk diterapkan secara etis-substantif untuk menemukan makna sesungguhnya dari demokrasi, tidak berjalannya demokrasi sebagaimana mestinya mengakibatkan terancamnya Hak Asasi Manusia (HAM) dan segala bentuk penegakannya.Â
Maka, harus ada kesadaran membangun demokrasi yang dimulai dengan pendidikan terhadap masyarakat tentang hak, fungsi dan kewajiban mereka kepada negara dan sebaliknya. Usaha sadar secara kolektif ini harus didasarkan dengan nilai-nilai Pancasila yang menjadi acuan dalam kehidupan masyarakat maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (Rabani, 2020) untuk membumikan dan mengimplementasikan idealisme demokrasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H