Mohon tunggu...
da.styawan
da.styawan Mohon Tunggu... Lainnya - Statistisi Pertama

Statistisi Pertama BPS Kabupaten Kebumen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pemuda Perdesaan yang Semakin Enggan Bertani

23 September 2018   20:48 Diperbarui: 23 September 2018   21:13 803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pergeseran ini juga mengindikasikan bahwa anak-anak muda di perdesaan cenderung semakin enggan bertani. Keengganan yang semakin berlarut ini tentu akan mengancam proses regenerasi petani, khususnya di wilayah perdesaan Jawa Tengah. Petani-petani perdesaan yang tersisa adalah petani yang berusia lanjut, yang kemudian sering disebut dengan fenomena aging farmer, atau penuaan petani

Fenomena semakin enggannya pemuda perdesaan di Jawa Tengah untuk bekerja di sektor pertanian mempunyai konsekuensi bagi keberlanjutan sektor pertanian ke depan. Pada masa depan beban sektor pertanian akan semakin berat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya permintaan pangan. 

Oleh karena itu, pemuda perdesaan sebagai generasi penerus petani harus ditumbuhkan minatnya untuk kembali ke sektor pertanian. Mereka harus ikut memastikan keberlanjutan sektor pertanian sebagai kunci penyediaan pangan nasional, sekaligus untuk menjaga ketahanan dan kedaulatan pangan.

Rumusan Kebijakan

Pemerintah harus bergerak cepat mengambil beberapa langkah kebijakan untuk menumbuhkan minat pemuda terhadap sektor pertanian. Pertama, mengembangkan agroindustri, agrowisata, dan pertanian modern khususnya di perdesaan. Hal ini dilakukan melalui penggunaan teknologi industri yang mampu menciptakan nilai tambah bagi produk-produk pertanian. 

Penggunaan teknologi industri sekaligus bertujuan untuk mengubah paradigma pemuda, bahwa pertanian tidak hanya kegiatan on farm (budidaya), tetapi pertanian juga dapat dilakukan secara off farm (pascapanen). Kegiatan off farm ini dapat dikemas dalam bentuk agrowisata, sehingga mampu meningkatkan nilai jual sektor pertanian.

Kedua, memberikan insentif kepada petani muda atau petani pemula. Insentif ini dapat berupa bantuan modal, kemudahan perizinan, dan jaminan harga pasar. Hal ini bertujuan agar pemuda perdesaan berkeinginan untuk bekerja di sektor pertanian.

Ketiga, mengadakan program pelatihan dan peningkatan kapasitas petani. Hal ini bertujuan agar kemampuan dan keterampilan petani muda selalu terupdate dan mampu menyesuaikan dengan perkembangan teknologi. Kemampuan dan keterampilan inilah yang nantinya akan menjadi modal bagi petani muda dalam meningkatkan produktivitasnya. Peningkatan produktivitas ini diharapkan akan mendorong pemuda-pemuda lain untuk ikut masuk ke dalam sektor pertanian.

Beberapa rumusan kebijakan di atas pada intinya adalah bertujuan untuk menjaga proses regenerasi petani. Proses ini merupakan kunci bagi keberlanjutan sektor pertanian. Kelancaran proses regenerasi petani diharapkan akan mampu menjamin ketersediaan dan kecukupan pangan. Hal ini sekaligus untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang berdikari dan berdaulat dalam pangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun