Mohon tunggu...
Erdika Septya Nugraha
Erdika Septya Nugraha Mohon Tunggu... -

Menyukai tantangan dan hal-hal baru.

Selanjutnya

Tutup

Money

Ekstrakurikuler Perubahan Iklim

6 Maret 2010   16:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:34 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda pernah menyaksikan video klip What I’ve Done yang dilantunkan Grup Band Musik Linkin Park?. Jika pernah, tentunya Anda mengetahui pesan lingkungan yang akan disampaikan oleh Linkin Park lewat karyanya tersebut. Disitu digambarkan diantaranya penggunaan bahan bakar fosil yang kurang bijak, yang menjadi penyebab polusi udara dan berakibat salah satunya yaitu pemanasan global dan akhirnya pencairan es kutub-kutub di bumi. Pesan ini kemudian diteruskan untuk disampaikan di sekolah-sekolah secara intensif lewat program ekstrakurikuler.

[caption id="attachment_87836" align="alignleft" width="150" caption="Acara pra lapang"][/caption]

Pemanasan global saat ini merupakan masalah global yang perlu mendapatkan perhatian seluruh lapisan masyarakat, termasuk lingkungan sekolah. Dengan kepedulian dari pihak sekolah, siswa diharapkan mempunyai kepedulian tinggi, kemampuan pengetahuan dan keterampilan dalam menangani masalah-masalah lingkungan. Untuk mencapai tujuan tersebut dapat dimulai dengan perlu dikembangkannya iklim yang kondusif untuk lebih sadar terhadap masalah perubahan iklim.

Perubahan iklim bukan sekedar tema kegiatan saja, karena materi dalam teori ekstrakurikuler akan dipraktekkan dengan “kemasan” yang menarik minat para siswa untuk mengikuti kegiatan ini.

[caption id="attachment_87837" align="alignleft" width="150" caption="Dengan semangat '45"][/caption]

Karena ekstrakurikuler merupakan salah satu bentuk kegiatan pengembangan diri di sekolah, maka ekstrakurikuler Perubahan Iklim juga menggunakan metode pembelajaran yang mencoba mengakomodir kreativitas para siswa yang sangat beragam. Mulai dari pembuatan karya ilmiah remaja bertema lingkungan, improvisasi metode pembelajaran kooperatif Snowball Throwing dalam permainan olahraga bola basket yang juga bertema lingkungan, pembuatan insektarium, mengenalkan macam-macam tanaman anti polutan (baik indoor maupun outdoor), pentingnya menjaga hidup sehat, sampai melakukan langkah nyata mengurangi laju pemanasan global dengan cara lebih banyak menggunakan angkutan massal dan bersepeda saat beraktivitas, baik di sekolah maupun di luar aktivitas sekolah.

[caption id="attachment_87838" align="alignleft" width="150" caption="Memahami perubahan ekosistem akibat Perubahan Iklim"][/caption]

Upaya yang sungguh berbalik dengan trend anak sekolah zaman sekarang, yang pada ogah-ogahan naik sepeda dengan beragam alasan. Upaya penyadaran terhadap pentingnya menjaga lingkungan memang tidak dapat serta merta, yang penting para siswa mengerti dahulu, baru kemudian memahami, dan terakhir menghayati. Setelah motor atau mobil mereka mogok terkena banjir baru mereka bisa sadar pentingnya menjaga lingkungan secara berkelanjutan. Sebab perubahan iklim merupakan akibat dari sebuah sebab, sebabnya juga dari manusia itu sendiri.

Ekstrakurikuler ini diaplikasikan dari inovasi sebuah karya tulis ilmiah yang berjudul “Pengembangan Kegiatan Ekstrakurikuler Sekolah Berbasis Masyarakat dengan Konsep Multiple Intelligence” yang dinyatakan lolos seleksi abstrak dalam sebuah acara Simposium Nasional Penelitian Pendidikan Tahun 2008 yang diadakan Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan, Balitbang Depdiknas. Penilaian kegiatan ini juga menggunakan konsep Multiple Intelligence siswa peserta ekstrakurikuler ini. Walaupun masih konsep, tetapi ampuh merangsang siswa untuk dapat mengemukakan gagasan tentang pelestarian lingkungan hidup, sesuai dengan minat, bakat serta potensi masing-masing. Misalkan saja membuat karya seni juga memiliki pesan terhadap masalah perubahan iklim.

Hingga sekarang, ekstrakurikuler perubahan iklim telah diikuti 8 sekolah menengah di kabupaten Lumajang, yaitu SMPN 1 Tekung, SMPK Bhara Widya, SMKN 1 Tekung, SMPN 1 Lumajang, SMPN 2 Lumajang, SMPN 4 Lumajang, SMAN 3 Lumajang, dan SMA Muhammadiyah I.

Pelaksanaan ekstrakurikuler ini di 3 sekolah pertama yang disebut diatas bahkan telah dilaksanakan sebelum KTT Perubahan Iklim tahun 2009 dilakukan, yaitu mulai sekitar bulan September 2009. Perizinan dari pihak sekolah masih menjadi kendala, apalagi hal ini merupakan sesuatu yang baru dalam dunia pendidikan. Setelah diadakan negoisasi, baru pihak sekolah memahami pentingnya pelaksanaan ekstrakurikuler ini di sekolah.

Manfaat untuk sekolah dengan adanya penyelenggaraan ekstrakurikuler ini yaitu, pertama, hal ini merupakan wujud keinovasian sekolah dan guru dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)., terutama inovasi kepedulian terhadap lingkungan. Syukurnya, ada salah satu guru yang memberi ide  materi pengelolaan sampah. Kedua, sekolah telah meningkatkan peran serta dan partisipasi aktif masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan, yang juga telah diatur dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Ketiga, dengan adanya penyelenggaraan ekstrakurikuler ini dapat menjadi indikator adanya peningkatan pelaksanaan ekstrakurikuler, yang menjadi salah satu syarat bagi sekolah berstandar nasional (SSN) maupun rintisan sekolah berstandar Internasional (RSBI) untuk mendapatkan tingkat sekolah yang lebih tinggi daripada tingkat sebelumnya.

[caption id="attachment_87842" align="alignleft" width="150" caption="Distribusi benih siap tanam dengan motor butut"][/caption]

Upaya tim 5 pelangi, nama tim pelaksana ekstrakurikuler, tidak hanya di sekolah saja. Karena sejak akhir tahun 2009, ketua tim 5, E.S. Nugraha berhasil meminjam lahan milik Universitas Jember yang nantinya dijadikan praktek percobaan sebuah pupuk organik buatan petani daerah Lumajang yang telah terbukti mampu mempercepat pertumbuhan tanaman dengan lebih baik, termasuk tanaman penyerap polutan. Semua tanaman sebetulnya bisa menyerap polutan, hanya saja masing-masing penyerapan kadar polutan masing-masing tanaman berbeda-beda. Untuk penanaman pohon, total telah ditanam 4150 pohon di berbagai tempat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun