Wallahi, itu bukan kata saya. Itu mah kata Ahmad Syahroni, Wakil Ketua Komisi III DPR. Politisi plus pengusaha muda yang tajir melintir (sekelas Sultan Andara, Rafi Ahmad) itu ngobrol blak blakan di vodcast Youtube Dedi Coubuzer 1 September 22 lalu.
Yang diobrolkan apalagi kalau bukan soal Ferdi Sambo yang sedang trending dimana mana. Katanya dia kenal sudah lama sejak 2006. Pangkatnya masih kompol waktu itu. Sering ngopi bareng di kafe hotel Sultan. Dulu mah orangnya baik, jarang bicara apalagi jika ada yang pangkatnya lebih tinggi. Merunduk saja dia. Terkesan bloon malah, ucap Syahroni sambil sedikit senyum.
Tapi ketika sudah bintang satu mulai berubah. Terkesan sombong, katanya.
Syahroni mengaku heran dan tak habis pikir kenapa dia, seorang jendral bintang dua harus membunuh orang. Tak masuk nalar sehat, masa hanya karena istri dimainin orang saja harus langsung didor. Kenapa tidak receck dulu, klarifikasi heula.
Konyolnya lagi yang dia bunuh polisi, di rumah dinas polisi, melibatkan orang lain yang juga polisi. Kesannya hanya dua, emosi atau kelainan jiwa.
Kalau sudah begini kan dia sendiri harus menanggung akibatnya . Harus menjalani hukum formal dan hulum sosial yang sepertinya lebih berat. Dia dicemooh dan dicaci maki. Banyak polisi lain yang kena getah, dipanggil Sambo.
Memang dia sempat membuat skenario yang awalnya kelihatan hampir sempurna.  Ada hampir 100 orang terseret rekayasanya itu. Ada  38 orang terlibat langsung. Sisanya ada yang terpaksa karena takut. Ada juga yang kena prank. Mulanya Kapolri juga kena prank. Kemudian juga Presiden yang menerina laporan dari Kapolri berdasar skenario FS.
Setelah rekayasanya terbongkar oleh Timsus, Presiden langsung perintahkan Kapolri usut tuntas, transparan dan akuntabel.
Meski sekarang FS sudah jadi tersangka dan masuk "kandang" menunggu peradilan dengan pasal berlapis, serta sudah kena PTDH (Pemberhentian Tidak Dengan Hormat) Â tapi tanda tanda kekuatannya masih tampak adanya.
Kata aktivis Srikandi Indonesia Bersatu, Irma Hutabarat, FS masih bisa berbisik dan mendelik, "Don't touch my wife".
Terbukti waktu rekonstruksi Putri Candrawati, santai kaya orang mau olah raga pagi saja. Pake baju training, tak pakai baju warna oranye serta tak diborgol seperti tersangka lain. Bukti lain, sampai sekarang PC tidak ditahan. Penyidik tidak hirau pada tekanan protes banyak pihak.
"Don't touch my wife"
Siap Jendral.
Kabarnya memang masih ada penyidik yang masih memanggil jendral ditengah acara rekonstruksi.
Sambo ! Sambo ! Â nekad kali kau ah.- *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H